
LAMONGAN (Lenteratoday) - Siapa sangka berangkat dari iseng berkesperiman, seorang petani di Lamongan berhasil kembangkan tanaman kayu putih jadi bisnis penghasil cuan.
Pekerjaan itu ditekuni Sutikno petani asal Dusun Kedungkidang, Desa Barurejo, Kecamatan Sambeng, Lamongan sekitar 4 tahun terakhir.
Ia berujar, jika daya olah dan jual dari tanaman kayu putih ini sangat mudah. Sutikno juga mengolah tanaman itu sebagai minyak yang kini telah mengantongi Izin edar dari Dinas Kesehatan setempat.
“Mulanya kita hanya iseng-iseng saja setelah mengeluarkan hasil dan dirasa mendapatkan nilai lebih akhirnya kita menyeriusinya karena kalau di banding dengan sistem polowijo hitungannya masih menang kayu putih,” ujar Sutikno, Selasa (2/11/2021).
Namun, kata dia memproduksi tanaman menjadi minyak bukan perkara mudah. Lantaran tantangan yang kerap kali menyelimuti petani muda yang tak lain adalah ejekan dan gunjingan dari teman sejawat dan seprofesi.
"Saya sempat diolok-olok warga, ngapain nandur (menanam) kok nandur kayu, nggak bakal menghasilkan itu," kata Sutikno menirukan warga yang menyindirnya.
Kayu putih bisa dibilang mudah untuk ditanam, namun tak banyak orang yang tau untuk mengolahnya. Selama kurang lebih 4 tahun ini Sutikno membuktikan jika budidaya yang ia tekuni sangat mudah dikembangkan.
"Pohon kayu putih ini kuat tak terkendala apapun. Ibarat tanaman liar, dibiarkan saja akan hidup. Jauh dari hama ulat, tikus dll. Di saat masyarakat gagal panen (Polowijo), kita tetap panen. Dan keunggulannya tanaman ini tidak menggangu tanaman lain, bisa di buat semacam tumpangsari," urainya.
Menurutnya, saat ini ia sedang memperluas lahan. Sementara ini di Lamongan sudah ada 5 titik, yaitu di Sambeng, Mantup, Tikung, Solokuro, dan Sukorame. Total binaan koperasi 50 hektar. Untuk produksi tiap kali musim panen bisa memproduksi 25 kilo minyak kayu putih perharinya.
"Harapan saya ini agar berkembang. Dan pemerintah mendukung, menjembatani kami petani untuk lebih maju dan meyakinkan masyarakat bahwa dari kayu putih ini bisa menghasilkan uang banyak. Kita saat ini kekurangan ketel untuk penyulingan, kalau pemerintah menyediakan alat ketel yang canggih bagus dan cepat tentu kita senang agar produksi meningkat," pungkasnya.(*)
Reporter : Adyad Ammy I
Editor : Lutfiyu Handi