20 April 2025

Get In Touch

Pure Beach, Pantai Bikini di Saudi

Pure Beach terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari kota internasional Jeddah (Instagram@paruzelmartyna)
Pure Beach terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari kota internasional Jeddah (Instagram@paruzelmartyna)

JAKARTA (Lenteratoday) Arab Saudi yang semuka dikenal sangat konservatif kini berangsur-angsur lebih modern dan terbuka. Pengurangan beberapa struktur sosial yang ketat terjadi berkat modernisasi dan adanya kebebasan berpendapat.

Dahulu kerajaan Islam sangat mengatur banyak hal, hingga persoalan privasi seperti pakaian individu, terutama kepada kaum perempuan. Namun kini tidak lagi.

Ini terbukti dengan diizinkannya wanita berbikini di pantai yang berada tak jauh dari kota metropolis Jeddah. Berikut fakta-faktanya:

Pantai Bikini

Arab Saudi memang mengizinkan bikini di pantai Pure Beach. Ini adalah pantai privat yang terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari kota internasional Jeddah.

Pantai ini memiliki taman terapung yang membentuk tulisan "Arab Saudi" dalam bahasa Inggris, jika dilihat dari atas. Untuk masuk ke sini, tiap orang harus mengeluarkan kocek 300 riyal Saudi atau sekitar Rp 1,1 juta (asumsi Rp 3,772/riyal), untuk menikmati musik dan tarian sekaligus bermain air.

Salah satu warga Arab Saudi, Asma (32), menghabiskan waktu satu hari di pantai tersebut dengan pacarnya. Ia bahkan bisa berdansa dengan pasangannya di atas pasir putih di tepi Laut Merah, diiringi dentuman musik dari pengeras suara.

"Saya senang bahwa saya sekarang bisa datang ke pantai terdekat untuk menikmati waktu saya. Ini adalah lambang kesenangan ... itu adalah impian kami untuk datang ke sini dan menghabiskan akhir pekan yang indah," katanya kepada AFP, mengenakan gaun biru di atas pakaian renangnya.

"Hidup itu normal (di Arab Saudi)," tambah Asma. "Sebelumnya tidak normal."

Terlihat juga pengunjung pantai berenang di perairan pirus, dengan para wanita mengenakan bikini. Beberapa di antaranya merokok shisha. Saat matahari terbenam, para pemain menari mengikuti musik Barat di atas panggung, dengan para pasangan berpelukan di dekatnya.

Sebenarnya ini bukan kebijakan mengejutkan pertama. Di 2019, Arab Saudi mengeluarkan aturan Pasangan yang belum menikah sekarang akan diizinkan untuk berbagi kamar saat berlibur di negara tersebut.

"Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional baru-baru ini menyetujui peraturan baru akomodasi pariwisata," kata seorang juru bicara kepada CNN International, membenarkan sebuah laporan oleh surat kabar Saudi Okaz kala itu.

Ilustrasi cewek berbikini di kawasan pantai Jumeirah, Dubai (Ist)

Peraturan ini dibuat untuk menarik 100 juta pengunjung tahunan, baik internasional dan domestik, pada tahun 2030 mendatang. Saat ini Saudi juga diketahui sedang membangun resor-resor dan juga memperbaiki situs-situs bersejarahnya.

Di tahun sebelumnya 2018, negeri Raja Salman itu juga memberikan izin bagi bioskop untuk berdiri dan beroperasi di negara itu. Hal ini dilakukan setelah 35 tahun kebijakan itu tidak diberlakukan.

Dalam penayangan perdana, film Black Panther ditayangkan dalam sebuah bioskop di manapria dan wanita duduk bersama dengan bebas.

Selain bioskop, negara itu juga mengizinkan penyelenggaraan konser. Akibat pembukaan keran itu, banyak artis internasional yang manggung di negara kaya minyak itu. Bahkan, boyband Korea BTS sempat tampil di negara itu pada 2019 lalu.

Di 2017, Arab Saudi juga mengizinkan perempuan untuk mengemudi dan mendapatkan surat izin mengemudi. Dan hal ini tidak perlu dilakukan dengan pendampingan atau izin dari pendamping pria atau muhrimnya.

Negara ini mengalami perubahan di bawah putra mahkota dan penguasa de facto, Mohammed bin Salman (MBS), yang berkuasa pada 2017. Ia sibuk mendiversifikasi sumber pendapatan negara.

Negeri itu, tengah fokus membangun pariwisata untuk mencapai target menjadi salah satu pilar ekonomi di masa yang akan datang. Pariwisata akan menjadi penyokong PDB kedua setelah minyak.

Kocek 500 miliar dolar lebih digelontorkan untuk proyek-proyek besar. Seperti pengembangan Laut Merah, Qiddiya, Diriyah, AlUla dan Neom, yang akan merevolusi pariwisata kerajaan kepada khalayak nasional dan internasional.

Reformasi yang dirancang untuk membuka diri terhadap dunia termasuk aturan untuk mengakomodasi investasi di sektor pariwisata. Terobosan lain adalah e-visa dapat dikeluarkan untuk pelancong hanya dalam waktu lima menit.

Pengembangan pariwisata yang masif untuk mengembangkan ekonomi Arab Saudi di tahun 2030 sesuai dengan visi yang dibangun sejak 2016. Salah satu tujuannya adalah melepas ketergantungan dari jualan minyak.

Pada kuartal kedua 2021, kontribusi sektor petroleum dan gas dominan dengan pencapaian 24,9 persen. Visi yang dibangun oleh Arab Saudi yaitu masyarakat yang dinamis, ekonomi yang berkembang, dan menunjukkan bangsa yang ambisius kepada dunia.

Tema pertama menekankan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan, mempromosikan warisan budaya Arab Saudi, lingkungan yang indah dan sejarah agama melalui pariwisata termasuk penyelenggaraan ibadah Haji atau Umrah.

Tema kedua, untuk mencapai ekonomi yang berkembang, berjanji untuk membangun sistem pendidikan yang komprehensif untuk meningkatkan sektor ekonomi non-energi dengan potensi tak terbatas dan mendiversifikasi ekonomi Kerajaan dengan berbagai alat investasi.

Tema ketiga berfokus pada progresivitas pemerintah Arab Saudi dengan meningkatkan porsi pendapatan nonmigas dan meningkatkan efektivitas pemerintah secara keseluruhan.

Visi 2030 adalah reformasi sosial politik dan ekonomi nasional untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada minyak mentah. Rencana reformasi ekonomi besar-besaran Arab Saudi juga bisa dibilang sebagai langkah antisipasi dari perkembangan energi dunia.

Di masa depan ketika energi fosil mulai ditinggalkan. Minyak akan jadi salah satu yang paling mengalami penurunan permintaan terutama dari transportasi yang selama ini memberikan sumbangsih terbesar terhadap permintaan minyak dunia.

Peralihan ke energi terbarukan karena masalah emisi karbon dunia sehingga terjadi kesepakatan negara-negara untuk bersama-sama mengurangi emisi karbon. Negara Saudi Arabia adalah penyumbang emisi karbon terbesar kedua di daerah timur tengah setelah Iran.

Menurut IEA (The International Energy Agency), dalam "Outlook Energy 2021", tingkat permintaan minyak akan turun hingga 104 juta barel per hari (mb/d) pada pertengahan 2030-an dan kemudian turun sangat sedikit hingga 2050.

Pada tahun 2030 dan 2050, permintaan minyak untuk transportasi jalan menurun lebih dari 2 mb/d secara global. Tahun 2030, 15 persen mobil penumpang di jalanan dikuasai mobil listrik dan meningkat menjadi 30 persen pada tahun 2050.

Berdasarkan data BP Statistical Review, Saudi Arabia memiliki cadangan minyak sebesar 297.500 mb dan menjadi negara yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia dengan porsi 17,2 persen dari total cadangan minyak dunia.Saudi Arabia berada di urutan kedua dengan produksi 11.039 (*)

Sumber: CNBC

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.