
SURABAYA (Lenteratoday) - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati, menyebut, bahwa kenaikan minyak goreng selama sepekan terakhir merupakan imbas dari naiknya bahan baku.
"Memang benar minyak goreng curah atau tanpa merek mengalami kenaikan. Ini karena bahan baku atau CPO dunia juga naik. Kalau yang bermerek cukup stabil," ujarnya saat dihubungi, Kamis (4/11/2021).
Selain itu, harga minyak curah tanpa merk di kisaran Rp 19 ribu perkilogram. Selain minyak goreng, harga dan ketersediaan bahan pokok di Surabaya masih cukup stabil. Seperti harga telur yang kembali stabil di harga Rp 21 ribu di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 24 ribu.
Dari data Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), produksi minyak nabati dan hewani telah menurun sebanyak 266 ribu ton pada 2020. Penurunan produksi tersebut juga terjadi pada 2021.
Selain itu, kenaikan harga minyak goreng juga disebabkan adanya kenaikan harga minyak sawit atau CPO Indonesia.
Lebih lanjut Wiwiek juga mengakui, bahwa harga komoditas tomat yang masih jeblok di pasaran. Termasuk di Surabaya, Komoditi tomat hanya berkisar Rp 6 ribu perkilogramnya.
Menurut dia, melimpahnya stok tomat karena tidak sebanding dengan daya beli masyarakat menjadi penyebabnya.
"Kalau tomat memang melimpahnya stok bisa jadi penyebab terbesarnya, kenapa harganya bisa anjlok. Sama seperti sebelumnya," jelasnya.
Lebih lanjut Ia menambahkan, Disperindag akan terus melakukan pemantauan setiap harinya terhadap pergerakan harga kebutuhan dan ketersediaan bahan pokok di Surabaya.
Selain itu, untuk mencegah lonjakan harga menjelang hari besar dan tahun baru, pihaknya akan melakukan usaha penetralan dengan melakukan operasi pasar langsung kepada masyarakat jika diperlukan. (*)
Reporter : Ardini Pramitha
Editor : Lutfiyu Handi