
MALANG (Lenteratoday) - Sylvia Saartje adalah satu-satunya penyanyi rock perempuan yang tampil dalam konser ‘Aktuil Vacancy Rock’ di Gedung Olah Raga (GOR) Pulosari Malang, 27 Desember 1976. Sejak saat itu, insan pers musik Indonesia mengikuti sepak terjangnya hingga membaptis dirinya sebagai ‘Lady Rocker Pertama Indonesia’.
Kini, sesudah 53 tahun bersetia fokus di jalur musik cadas tersebut, ia telah menjelma menjadi maestra rock. Kesetiaan itu terlihat dari 240-an syair lirik kreasinya yang siap dilagukan hingga konsep-konsep bisnis dari dunia hiburan, dimana sepanjang karirnya ia juga menjadi aktris film nasional, pencipta lagu, model, pemain teater, jurnalis sesama rekan musisi, bintang iklan sampai menjadi duta budaya sebagai delegasi misi seniman Indonesia ke luar negeri.
Semuanya, bermula dari keluarga tempat ia dibesarkan. Jippi, sapaan akrab Sylvia Saartje, lahir di Arnhem, Negeri Belanda, 15 September 1956 dari pasangan Nedju Tuankotta yang berdarah Ambon dengan Christina Tujem (1930-1987) asal Gunung Kawi, Malang.
Orang tuanya yang menggunakan Hollandsche Spreken (berbicara bahasa Belanda dalam keseharian) memiliki selera musik yang bermacam-macam sepanjang dekade 1950-1970’an. Kelak Jippi mantap memilih musik rock sebagai panggilan sepanjang hayatnya. Keluarga Jippi yang mencintai musik dalam nafas kesehariannya kembali ke Indonesia pada tahun 1962. Jippi cilik menyanyi di gereja maupun di sekolah. Medio 1965 ia memenangkan kejuaraan Bintang Radio di RRI Malang (kini Hotel Shalimar).
Sejak usia remaja di bangku SMP, Jippi sudah menyanyi secara profesional dari panggung ke panggung, dari kampung ke kampung. Ia besar sebelum industri rekaman musik rock berkembang di Indonesia. Ibundanya sendiri bertindak sebagai manajer, perancang kostum dan aksesoris, koreografer aksi panggung, sampai menjadi arsiparis dari pemberitaan mengenai Jippi. Kliping-kliping koran dari Ibunda Jippi kini menjadi koleksi khusus di Museum Musik Indonesia (MMI), Malang.
Sylvia Saartje yang menjadi pionir bagi generasi lady rocker Indonesia selanjutnya seperti Nicky Astria, Anggun C. Sasmi hingga Tantri KOTAK merupakan pelaku sejarah ketika Malang menjadi barometer musik rock nasional. Nama Sylvia Saartje abadi bersama generasi awal rocker dan musisi rock Indonesia seperti Achmad Albar, Ian Antono, maupun Mickey Jaguar Merkelbach. Sylvia Saartje tetap bertahan dan berkarya meskipun tempat panggung musik rock di Malang telah berganti rupa, sebagaimana Gelanggang Remaja Indrokilo, Gedung Tenun, dan GOR Indrokilo.
Yayasan Terakota yang memiliki fokus pada pemberitaan budaya dan sejarah, seperti yang dapat dinikmati dalam laman terakota.id, memandang kiprah Sylvia Saartje sebagai maestra musik rock nasional yang merintis karir di Malang harus didokumentasikan. Film dokumenter ‘SYLVIA SAARTJE, Lady Rocker Pertama Indonesia’ besutan Sutradara Subi berhasil didanai dengan dukungan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) 2021 bidang dokumentasi karya – pengetahuan maestro, Dirjenbud Kemdikbudristek RI.
Film ini menjadi sarana nyata pemajuan kebudayaan nasional di bidang sejarah pengetahuan musik rock, dimana Jippi merupakan produk hibriditas dengan latar belakang kosmopolitan yang terbukti mampu memajukan musik rock nasional. Sylvia Saartje menjadi aset besar kebudayaan Kota Malang dan Indonesia.
Menampilkan hasil riset data koleksi pribadi Sylvia Saartje, Museum Musik Indonesia hingga digitalisasi film yang pernah dibintangi oleh Sylvia Saartje, proses rekonstruksi aksi panggung Jippi selama proses syuting 6 Oktober 2021 silam berlangsung di Gedung Kesenian Gajayana, salah satu saksi kejayaan musik rock nasional di Malang.
Diisi dengan narasumber Sylvia Saartje sendiri; Akim Yesaya Yurian, adik kandungnya; Bens Leo, jurnalis musik kawakan yang turut menulis Jippi; Ian Antono, musisi rock papan atas Indonesia asal Malang yang menjadi sosok sentral album pertama Jippi; Tantri KOTAK, lady rocker generasi 2000an; Yovie Arditiyanto, sejarawan penulis ‘Malang sebagai Barometer Musik Rock Nasional Dekade 1970-an’; Brigjen A. Tamim Musthofa, Kemenhan RI selaku penikmat musik; dan FX Domini BB Hera, sejarawan.
Film ini pertama kali diluncurkan di Bioskop Sarinah Moviemax pada Senin, 15 November 2021 pukul 09.00 – 12.00 WIB. Dihadiri langsung oleh Sylvia Saartje sendiri; Lutfi Jayadi Kurniawan, Ketua Yayasan Terakota; utusan Sekretaris Direktur Jenderal Kebudayaan (Sesditjenbud); Sri Untari Bisowarno, Politisi Perempuan dan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur; Kepala Sub-Bidang Kesenian dan Cagar Budaya Pemerintah Kota Malang; Hengki Herwanto, Direktur Museum Musik Indonesia; Eko Widianto, Pemimpin Redaksi Terakota.id; Sutradara Subi; Andhika Yudha Pratama Produser beserta sejumlah
30 undangan terbatas mengikuti standar protokol kesehatan Kota Malang di masa pandemi. Pengulas film yang hadir dalam kesempatan ini ialah Ary Budi, Dosen Antropologi Universitas Brawijaya dan Anggota Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Kemdikbudristek RI.
Reporter : Reka Kajaksana
Editor : Endang Pergiwati