19 April 2025

Get In Touch

Kisah Mantan Pengamen, Noviana Raih Wisudawan Terbaik Magister Hukum Unair

Noviana wisudawan terbaik Magister Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dengan IPK 4.0 pada wisuda, Senin (6/12/2021). (foto : Surya)
Noviana wisudawan terbaik Magister Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dengan IPK 4.0 pada wisuda, Senin (6/12/2021). (foto : Surya)

SURABAYA (Lenteratoday) – Keinginan kuat untuk menjadi yang terbaik ternyata mampu mengalahkan berbagai kondisi yang sering dianggap sebagai penghalang bagi sebagian orang. Noviana adalah salah satu buktinya, meski dia terlahir dari keluarga kurang mampu, mantan pengamen cilik ini pun mampu menjadi wisudawan terbaik Magister Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dengan IPK 4.0 pada wisuda, Senin (6/12/2021).

Prestasi itu seakan mengulang pada wisuda S1-nya tahun 2019 lalu. Saat itu dia juga berhasil lulus kuliah dengan perdikat Cum Laude dan menjadi Wisudawan Terbaik S1, Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair).

Namun di balik prestasi yang berhasil diraihnya, ada masa lalu yang membuatnya bangkit dan menjadi orang kuat. Noviana terlahir dari keluarga yang terbilang kurang mampu. Ayahnya adalah tukang becak, sementara sang ibu sebagai ibu rumah tangga biasa. Akibat kondisi ekonomi keluarga itu, membuat Noviana kecil untuk turun ke jalan.

Pilihan mengamen bermula ketika kedua orangtua Noviana, Sutrisno dan Karyatiningsih, sakit keras. Kala itu, dua kakaknya mencoba untuk mengadu nasib di jalanan. Upaya ini kemudian diikuti oleh saudara-saudarinya yang lain termasuk Noviana yang masih duduk di Taman Kanak-kanak (TK).

“Sejak TK saya sudah mengamen di daerah Ngagel Jaya. Saya mengamen bersama kakak-kakak saya. Biasanya mulai sore sampai malam, karena pagi sekolah lalu harus tidur siang,” ceritanya saat ditemui di rumahnya di Jalan Pumpungan I, Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Senin (6/12/2021).

Bagi Noviana yang saat itu masih kecil, tentu mengamen bukan seharusnya dia lakukan. Namun demikian dia merasa tidak ada beban di pundaknya, malah mengamen dianggap sebagai kegiatan yang menggembirakan, bak bermain bersama kakak-kakaknya. Meski demikian, orang tua punya kekhawatiran terhadap apa yang dilakukan anak keempatnya tersebut. Sehingga sempat melarang Noviana kecil untuk ikut mengamen.

Akan tetapi, sang ayah tak mampu mencegah keinginan Noviana kecil untuk tetap mengamen di jalan. “Ya, akhirnya Bapak mengizinkan, tapi tetap mengawasi saya. Jadi, Bapak sambil mbecak itu mengawasi saya mengamen,” cerita wanita yang pernah meraih emas di cabang olahraga panahan saat SMP ini.

Selama delapan tahun mengamen, tentunya bukan perjalanan pendek. Berbagai lika-liku perjalanan pernah dialaminya, termasuk kerasnya hidup di jalan. Noviana menceritakan, tak jarang dia bertemu dengan anak anak jalanan yang dalam kondisi pengaruh miras atau bahkan preman. Berbekal nasihat dari orang tuanya, Noviana memilih menghindari mereka.

Satu lagi, peristiwa yang sering terjadi di jalanan dan menjadi momok paling menakutkan bagi para pengamen dan lainnya, yaitu razia oleh Satpol PP. Noviana sempat berhadapan langsung dengan razia Satpol PP dan bahkan tertangkap. Kemudian dia dibawa ke Liponsos Keputih untuk dilakukan pembinaan.

Siapa sangka, terciduknya Noviana bersama kakak-kakaknya, malah membawanya pada nasib yang lebih baik. Saat dikumpulkan bersama anak jalanan, pengemis, dan gelandangan, dia didatangi oleh sosok yang sebetulnya tidak dia kenal.

“Malam harinya Bapak itu datang, bertanya kenapa kok di jalan, terus apa yang bisa Bapak perbuat supaya saya dengan kakak-kakak itu tidak ngamen lagi di jalan. Terus waktu itu saya minta cuman dua hal, yaitu beri bapak saya pekerjaan terus saya minta sekolah lancar sampai selesai,” ceritanya.

Tak tahunya, ternyata orang yang mendatangi dan bertanya pada Novi adalah Bambang DH, Wali Kota Surabaya saat itu. Setelah pertemuan tersebut, Bapaknya Noviana mendapat pekerjaan menjaga kantor, dan dia juga mendapatkan sekolah gratis sampai SMA.

Komunikasi Noviana dengan Bambang DH sempat terputus saat dia belajar di SMA. Kemudian baru nyambung lagi ketika menjelang masuk kuliah. Dari sinilah, jejak manis pun mulai dirajut oleh Noviana, hingga dia berhasil masuk jalur undangan di Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga.

Selama kuliah, Noviana berusaha untuk tidak merepotkan keluarganya. Berbagai upaya dia lakukan guna memenuhi kebutuhan perkuliahan, seperti berdagang barang, menjadi pelatih olahraga panah di salah satu klub memanah Surabaya, sampai menjajal magang di Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum (UKBH) FH Unair demi menambah pengalaman.

“Saya juga pernah mengikuti pelatihan paralegal di Surabaya Children Crisis Center (SCCC). Yakni, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang ditujukan bagi anak yang berhadapan dengan hukum,” kata alumnus SMAN 9 Surabaya.

Beruntungnya, di semester lima, Noviana menerima beasiswa perusahaan Chaeron Pokphand Indonesia yang menunjang pendidikannya hingga akhir perkuliahan. Hingga akhirnya dia berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,94 dan menjadi wisudawan terbaik Fakultas Hukum.

“Baru saya mengabari Bapak (Bambang DH) waktu itu. Jadi, selama ini walapun kenal saya tidak pernah menceritakan kuliah saya, baru saat saya mendapat gelar saya ceritakan pada Bapak, dan beliau sangat senang waktu itu, dan menawarkan saya ke depannya mau bagaimana lanjut kuliah atau kerja? Dan saya bilang kalau saya mau kuliah lagi, tapi masih cari sponsor,” katanya.

Saat itu juga, lanjut Noviana, Bambang DH memintanya untuk tidak memikirkan biaya yang penting bisa kuliah dulu saja. Kemudian Noviana daftar S2 di Unair melalui biaya dari Bambang DH sampai lulus.

Noviana saat memberikan sambutan sebagai wisudawan terbaik. (Foto :Surya)
Noviana saat memberikan sambutan sebagai wisudawan terbaik.

Namun demikian, selama perjalanan kuliah S2 bukan tanpa rintangan. Beberapa hal sempat dialaminya hingga yang terberat adalah ketika bapaknya, Sutrisno, meninggal Mei lalu. Rasa kehilanganya sempat membuat dia putus asa dan bahkan sempat terbesit dalam hatinya untuk tidak melanjutkan S2-nya.

“Di situ saya pingin berhenti sebetulnya, tapi saya teringat orang-orang yang sudah berjuang untuk saya, dan Bapak (Bambang DH) itu seolah-olah membantu saya untuk tetap kuliah. Biasanya saya cerita apapun itu pada bapak saya, diskusinya sama bapak saya, dan saat bapak saya tidak ada itu ditutup oleh Bapak. Jadi, Pak Bambang itu selalu ada buat saya,” katanya.

Bahkan Noviana juga sempat mencurahkan kekhawatirannya tidak bisa menjadi wisudawan terbaik dan mengecawakannya. Curhatan Noviana ini langsung dijawab oleh Bambang DH dengan meminta supaya Noviana menjalaninya saja, yang penting kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, apapun hasilnya.

“Itu salah satu yang buat saya semangat, awalnya saya sudah kayak apa ini ya. Yang namanya habis kehilangan orang tua dan habis itu masih ada tanggung jawab menyelesaikan kuliah, kayak layangan putus itu, kayak benar-benar mau berhenti waktu itu, sudah tidak ada pikiran lulus sekarang atau tidak, sudah tidak peduli itu,” bebernya.

Dengan motivasi kecil dari Bambang DH, namun sangat berharga bagi Novi, semangatnya kembali bangkit untuk meneruskan S2. Hingga akhirnya dia mampu menempuh pedidikan tersebut dan lulus dengan menjadi wisudawan terbaik Magister Hukum Universitas Airlangga, Surabaya.

Saat ini, Noviana mengikuti seleksi hakim di Mahkamah Agung. “Doakan semoga diberikan jalan terbaik kalau memang jalannya di sana. Kalau diterima saya akan melanjutkan kuliah dan juga melanjutkan sebagai PNS, kalau memang jalannya seperti itu. Kalau tidak di sana, mungkin saya ada harapan ingin membuat lembaga bantuan hukum khusus anak,” pungkasnya.

Harapanya itu untuk melindungi anak sebagai masa depan bangsa. Dia merasa bahwa ketika anak melakukan kesalahan hal itu bukan murni karena kesalahan anak itu sendiri. Maka, sebagai orang tua ada kewajiban untuk membantu membenahi mereka.

“Kalau sandainya anak-anak yang berhadapan dengan hukum dan tidak diberi kesempatan lagi, lalu bagaimana masa depan bangsa kalau dipegang oleh anak-anak seperti itu. Jadi kita punya kewajiban untuk membuka mindset mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” pungkasnya. (*)

Reporter : Lutfiyu Handi

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.