21 April 2025

Get In Touch

Terpilih Jadi Rais Aam PBNU, Ketum MUI Miftachul Akhyar Diminta Tak Rangkap Jabatan

Rais Aam PBNU terpilih, Miftachul Akhyar
Rais Aam PBNU terpilih, Miftachul Akhyar

LAMPUNG (Lenteratoday)- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Miftachul Akhyar resmi dipilih menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2021-2026. Keputusan itu diambil oleh sembilan ahlul halli wal 'aqdi (Ahwa) dalam Muktamar NU atau Nahdlatul Ulama yang digelar di Lampung, Jumat (24/12) dinihari. Dia pun diminta untuk tidak rangkap jabatan, mengingat saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Kami semua sependapat untuk jadi Rais Aam (PBNU) Al Mukaram KH Miftachul Akhyar," kata salah satu anggota Ahwa, Zainal Abidin. "Kalau ingin menjadi Rais Aam NU 2021-2026, diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi yang lain dan itu disetujui oleh semua anggota Ahwa," lanjutnya.

Zainal menjelaskan jalannya musyawarah Ahwa dipimpin oleh Ma'ruf Amin yang merupakan Wakil Presiden RI. Dalam musyawarah, ia menuturkan ada salah satu anggota Ahwa berpendapat agar Rais Aam terpilih tidak rangkap jabatan di organisasi yang lain.

Hal itu kemudian disetujui oleh semua anggota Ahwa. "Kami berdialog dengan Rais Aam terpilih, dia bilang sami na waato na (ikut dan patuh)," kata Zainal. Menurut Zainal, nantinya Rais Aam PBNU diminta fokus pada pengembangan dan pembinaan Nahdlatul Ulama.

Saat ini Miftachul Akhyar merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia memimpin MUI untuk periode 2020-2026 setelah terpilih melalui Musyawarah Nasional ke-10 MUI yang diadakan di Hotel Sultan Jakarta pada 26 November 2020. Pendiri Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya ini menggantikan posisi Ma'ruf Amin yang terpilih menjadi Wakil Presiden RI.

Miftachul adalah sosok yang akrab dengan lingkungan NU sejak usia belia. Sebab, ia lahir dan besar dari tradisi keilmuan dan mengabdi dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama sejak muda.

Miftachul merupakan anak seorang kiai NU pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah, Surabaya bernama Abdul Ghoni. Ia tercatat pernah belajar di pelbagai pesantren NU seperti Pesantren Tambak Beras, Pesantren Sidogiri, hingga Pesantren Lasem di Jawa Tengah.Miftach sebelumnya sempat menjabat sebagai Rais Aam PBNU periode 2018-2020.

Pemilan Ketum Diskors

Hingga berita ini di turunkan, Pemilihan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masih diskors. Pimpinan rapat memutuskan hal itu usai hujan protes peserta Muktamar ke-34 PBNU soal 39 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) yang bermasalah saat verifikasi.

Ketegangan bermula saat pemilihan dimulai. Sistem pemindai keabsahan peserta muktamar tidak bisa berjalan karena pembatasan sinyal saat kehadiran Wakil Presiden Ma'ruf Amin.Di sela-sela menunggu sistem kembali normal, beberapa peserta menyampaikan interupsi. Mereka menanyakan nasib 39 PCNU yang bermasalah saat verifikasi pada Kamis (25/12) malam.

"PCNU yang bermasalah yang ditayangkan itu jangan ada di sini karena kita tidak tahu menyusup masuk karena masih punya id card," ucap seorang peserta muktamar di area Muktamar ke-34 PBNU, Lampung Tengah, Jumat (24/12) dinihari.

Namun , pemilihan dilanjutkan sembari panitia memastikan 39 PCNU bermasalah tidak mengikuti pemilihan. Namun, interupsi terus berlangsung.Perwakilan PWNU dan PCNU diminta maju secara bergiliran. Setelah terverifikasi, mereka memasukkan usulan nama bakal calon ketua umum PBNU.

Sayangnya interupsi tak berhenti. Mereka mulai mempermasalahkan sidang yang tidak teratur. Sebagian muktamirin meminta sidang diskors karena banyak orang yang berlalu lalang tanpa ditertibkan panitia."Hentikan dulu!" ucap seorang peserta muktamar sembari berteriak."Dirapikan dulu, baru setelah itu nyoblos ya," ujar Nuh menenangkan. "Saya skors dulu, dirapikan dulu."Muktamirin pun menyambut keputusan itu dengan selawat. Lalu, panitia meminta peserta muktamar mengosongkan arena muktamar.(*)

Sumber:NU online,voi

Editor: Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.