Tekan Lonjakan DBD di Surabaya, DPRD Kota: Penunjang Kesehatan Harus Dioptimalkan Kembali

SURABAYA (Lenteratoday) – Data perkembangan kasus DBD di Surabaya kian mencuat. Dari data siklus tiga tahunan di Surabaya per Januari 2020-2022 memang ada kenaikan. Pihak Dinas Kesehatan Surabaya pun menyampaikan, terkait anak yang meninggal diduga karena DBD, namun karena gagal nafas.
“Terhitung 3 tahunan memang mengalami kenaikan. Contohnya, saat ini, di RS Bhakti Dharmahusada, ada 22 pasien DBD yang sedang ditangani, RS Soewandhi ada 46 pasien, dan Dinkes menyampaikan data 31 pasien positif DBD yang tersebar di beberapa kecamatan. Artinya, DBD saat ini menjadi salah satu konsen serius, selain kasus Omicron yang mulai masuk ke Surabaya. Oleh sebab itu, kami (DPRD) Kota Surabaya memberi rambu-rambu” terang Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya Hj. Khusnul Khotimah., M.Pd.I, Kamis (27/01/22).
Sementara langkah yang seharusnya dilakukan di antaranya mulai mengaktifkan kembali jalur hotline di puskesmas, melakukan sosialisasi dengan 32 ribu kader yang tersebar se- Surabaya, dan mempersiapkan tim untuk garda depan, serta bergotong royong bersama seluruh elemen masyarakat Surabaya dalam memberantas DBD. “Langkah konkret ini seperti kerja bakti massal, dilakukan tiap hari Jumat, dan masyarakat pun senantiasa mendapat informasi dari para kader tersebut melalui puskesmas, dalam bentuk flayer, video pendek tentang gejala awal DBD dan penanganan pertolongan pertama,” tuturnya.
Diharapkan, tidak ada lagi masyarakat yang menganggap pemerintah tidak hadir untuk melayani warga dalam hal kesehatan. Tak hanya itu, Khusnul menekankan diadakan pengawasan melalui lurah, camat, dan segenap perangkat yang ada disekitarnya.
“Kembali saya sampaikan yang menjadi catatan kami yaitu hotline mulai diaktifkan, kerja bakti massal dijadwalkan, dan memberikan edukasi terkait DBD berupa flayer-flayer dan sejenisnya di beberapa titik sentralis masyarakat. Saya mendorong kepada Dinkes dan Dinkominfo membuat video pendek terkait gejala awal, pertolongan pertama, dan habitat penyakit DBD itu, dan disebarluaskan di masyarakat,” terang Khusnul.
Karena rubrik DBD menyerang anak-anak, dirinya berharap kerja bakti dijadwalkan satu pekan sekali dan basisnya di wilayah masing-masing. “Saya sudah sampaikan dengan Dinkes dan Dispendik Kota Surabaya untuk penjadwalan kerja bakti,” imbuh Khusnul
“Tidak hanya masyarakat saja, melainkan dimungkinkan siswa yang sedang PTM untuk dilibatkan kegiatan kerja bakti sosial tidak perlu lama, dalam rangka cinta lingkungan, dan menggunakan prokes yang ketat. Karena ada kemungkinan anak-anak bisa jadi terserang di sekolah, dan hal ini tidak bisa kita prediksi sebelumnya,” tutup Khusnul dengan optimis.
Reporter: Ryan Rizky
Editor : Endang Pergiwati