24 April 2025

Get In Touch

Mas Dhito Berharap Kelompok Tani Pengembangan Korporasi Sapi Mengelola Limbah Kotoran

Fasilitas pengelolaan kotoran ternak menjadi biogas milik salah satu kelompon tani penerima program pengembangan desa korporasi sapi.
Fasilitas pengelolaan kotoran ternak menjadi biogas milik salah satu kelompon tani penerima program pengembangan desa korporasi sapi.

KEDIRI (Lenteratoday) - Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramono (Mas Dhito) mengingatkan kelompok tani penerima program pengembangan desa korporasi sapi memperhatikan manajemen pengelolaan limbah kotoran ternak agar tidak menjadi masalah lingkungan. Hal ini mengingat  jumlah sapi yang besar, tanpa pengelolaan yang baik justru bisa berisiko memunculkan masalah. 

Orang nomor satu di Pemkab Kediri ini mengingatkan program korporasi sapi dari Kementerian Pertanian itu dikawal betul. Adanya program korporasi itu, mengajarkan peternak untuk bisa lebih maju dengan mengelola jumlah sapi yang besar. "Termasuk limbah kotoran sapi ini bagaimana nanti pengelolaannya," kata Mas Dhito, seperti pada rilis yang diterima Minggu (6/2/2022).

Dalam program pengembangan desa korporasi sapi dari Kementerian Pertanian itu, ada 1.000 ekor sapi yang diperuntukkan bagi lima kelompok di Kecamatan Ngadiluwih. Tiap kelompok mendapatkan 100 sapi pejantan untuk fattening atau pengggemukan dan 100 sapi betina untuk breeding atau pembibitan.

Terkait limbah kotoran sapi yang banyak itu, Mas Dhito meminta perlu dipikirkan supaya limbah itu dikelola dengan baik supaya peternak mendapatkan nilai lebih. Bentuk pengelolaan itu memanfaatkan limbah kotoran seperti biogas, atau pupuk organik. "Limbah ternak yang banyak itu harus dioptimalkan pengelolaannya supaya ada nilai lebih," tandas Mas Dhito.

Untuk melakukan pendampingan program dan pengembangan desa korporasi sapi itu, beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) telah melakukan kunjungan lapangan. Bantuan sarana pengelolaan limbah menjadi biogas pun sudah ada di tiap kandang kelompok. Hanya saja, tidak memadai dengan jumlah volume kotoran banyak.

Peralatan pengolahan biogas terlihat belum berfungsi maksimal. Bahkan, ada kelompok dengan kondisi kandang semi umbaran untuk breeding banyak kotoran sapi. Di sisi lain, ada juga kelompok yang mengelola limbah kotoran sapi, selain untuk biogas, juga dibuat kompos kering.

Hal itu perlu menjadi perhatian, terlebih jumlah sapi yang diterima masih bakal bertambah. Sebab, dari 1.000 ekor sapi, sejauh ini yang sudah turun baru 400 ekor sapi jantan dan 146 ekor sapi betina. Sisanya diperkirakan, Maret 2022 mendatang.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP), Tutik Purwaningsih mengakui kondisi itu. Menurutnya pengelolaan limbah untuk semua kelompok itu berbeda progresnya, ada yang sudah tahap uji coba, ada yang masih belajar. (*)

Reporter: Gatot Sunarko

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.