25 April 2025

Get In Touch

Bupati Jember Prihatin Tragedi Ritual Pantai Payangan, Anak Korban Yatim Piatu Ditanggung Pemkab

Bupati Hendy saat memberikan santunan pada keluarga korban tragedi ritual Pantai Payangan, Jember.
Bupati Hendy saat memberikan santunan pada keluarga korban tragedi ritual Pantai Payangan, Jember.

JEMBER (Lenteratoday) - Tragedi ritual maut di Pantai Payangan Watu Ulo Ambulu Jember menjadi kisah sangat pilu bagi para korban. Salah seorang korban yakni Syaiful (35) korban terakhir yang ditemukan tim SAR, rupanya almarhum berangkat ritual bersama dengan Sri Wahyuni (30) yang tidak lain istrinya. Bahkan dari pernikahan keduanya, korban dikaruniai 4 anak dan 1 anak angkat yang kini terpaksa harus menjadi anak yatim piatu.

Bupati Jember H. Hendy Siswanto yang datang ke rumah duka usai menjenguk korban di Puskesmas Ambulu, tidak kuasa menahan haru saat melihat anak korban yang masih berusia 3 tahun tetap bermain dengan kakaknya di depan Bupati Jember.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Jember Hendy Siswanto menyampaikan duka cita dan keprihatinan mendalam atas peristiwa memilukan itu. Bupati yang didampingi sejumlah kepala dinas juga memberikan bantuan bingkisan dan sejumlah uang kepada anak-anak korban dan diterima oleh perwakilan keluarga almarhum.

"Kami turut berduka, kami memberikan bantuan dan sejumlah uang untuk keperluan anak-anak korban, ada 4 anaknya dan 1 lagi merupakan anak angkat, dan saya kagum meski dalam kondisi seperti ini, almarhum dan almarhumah masih peduli terhadap sesama,” ujar Bupati Hendy, Minggu (13/2/2022).

Bupati juga memastikan, bahwa anak-anak korban yang saat ini semuanya menjadi yatim piatu, terpenuhi kebutuhannya dan tidak terlantar. “Tadi kami cek, ternyata yang bersangkutan masuk dalam PKH, dan anak-anaknya juga mendapatkan KIP, jadi data sudah ada dan selama ini sudah mendapat bantuan. Ya tinggal nambahi saja untuk bantuannya, karena saat ini mereka menjadi tanggung jawab kita semua,” ujarnya.

Sementara menurut Edo, keluarga korban mengatakan, ada 5 anak korban, yang pertama usia 15 tahun dan masih kelas 2 SMP, yang kedua 12 tahun, yang ketiga 10 tahun, dan yang ke 4 usia 5 tahun dan yang terakhir masih 3 tahun.

Menurut Edo, dirinya maupun tetangganya tidak mengetahui ritual yang diikuti oleh kedua saudaranya tersebut. "Yang saya tahu, bahwa dalam 2 bulan terakhir ini saudara saya mengikuti kegiatan pengajian. Ya tahunya kami mengikuti pengajian, baru sekitar 2 bulan, biasanya membawa anaknya yang besar, dan anak-anaknya yang lain dititipkan ke saudaranya, cuma tadi malam semua anaknya ditinggal dalam satu rumah dan tidak ada yang dibawa atau dititipkan ke saudaranya seperti biasanya,” tutur Edo.

Dia berharap cerita pilu itu tidak terulang kembali dan kelima anak yatim piatu tersebut mendapatkan bantuan pemerintah hingga lulus sekolah.

Reporter : PJ Moko | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.