
SURABAYA (Lenteratoday)- DPRD Kota Surabaya kembali melakukan kegiatan reses dengan bertemu masyarakat yang dilakukan secara kombinasi yaitu virtual (daring) maupun tatap muka (luring) . Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyerap aspirasi kepentingan masyarakat dan mengartikulasikan dalam kebijakan pembangunan di Kota Surabaya.
Terbaru, anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Dyah Katarina menyoroti program permakanan bagi balita stunting. “Dari hasil penyerapan aspirasi masyarakat, program ini mendapatkan beberapa masukan,” ujar Srikandi legislator PDI Perjuangan Kota Surabaya itu.
Bersama Dyah Katarina Network (DKNets) yang kini telah memasuki tahun ketiga, pihaknya mencoba mengurai apa saja yang menjadi keluhan masyarakat, baik dari sisi penerima maupun pelaksana program.

Kader UMKM penyedia permakanan stunting misalnya, diceritakan Dyah, menyampaikan bila dalam sehari harus menyiapkan 3 menu berbeda pada jam-jam yang telah ditentukan. Menu juga sesuai arahan Puskesmas. Untuk biaya sendiri ditetapkan Rp 10.000 per menu per anak seharga, dipotong pajak.
Sementara, Kader Pendamping Keluarga berperan mengambil makanan dan mengirimkan kepada balita stunting sesuai jam yang ditentukan. Tak hanya itu, kader harus menunggu guna memastikan menu dikonsumsi balita dan habis. Sebagai bukti harus di foto dan dikirim melalui link.
“Harapannya perlu ditata ulang tentang peran dan tanggungjawab kader. Mengingat kader juga memiliki keluarga dan anak-anak yg juga butuh didampingi. Jika waktu mereka banyak digunakan berkegiatan sosial, maka keluarga dan anak mereka malah bisa ‘telantar’,"jelasnya.
Untuk diketahui dalam kegiatan itu, hadir secara virtual para kader kesehatan dari berbagai unsur,ketua RW dan ketua RT. Semua ‘urun rembug’ memberikan masukan tentang kondisi di 5 kecamatan di Dapil 4. Terutama mengenai kesulitan-kesulitan menjalankan program. “Ada juga keluhan mengenai kesulitan mengisi aplikasi sayang warga,” jelasnya. (*)
Reporter: Surya,dknets| Editor: Widyawati