20 April 2025

Get In Touch

Hari ini Jokowi Lantik Andi Widjajanto Jadi Gubernur Lemhanas

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno (tengah) dan Andi Widjajanto (kiri) sebelum dimulainya rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta (Kompas)
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno (tengah) dan Andi Widjajanto (kiri) sebelum dimulainya rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta (Kompas)

JAKARTA (Lenteratoday) -Presiden Joko Widodo dikabarkan telah menunjuk mantan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).

Andi juga dijadwalkan akan dilantik Jokowi Senin (21/2/2022), siang hari ini.

Dengan penunjukan itu, Andi akan menggantikan Gubernur Lemhanas sebelumnya, Agus Widjojo, yang kini menjadi duta besar Indonesia di Filipina.

"Terima kasih," balas Andi singkat atas ucapan selamat dari Kompas yang mengontak untuk mengonfirmasi untuk jabatan barunya tersebut.

Plt Gubernur Lemhanas Marsekal Madya Wieko Syofyan juga membenarkan bahwa akan ada pelantikan Gubernur Lemhanas baru pada Senin besok.

Pihak Lemhanas sudah mendapatkan undangan untuk menghadiri agenda pelantikan tersebut.

"Benar besok akan ada pelantikan Gubernur Lemhanas yang baru, Lemhanas sudah dapat undangan kehadirannya," kata Syofyan ketika dikonfirmasi.

Andi menjadi sosok penting di balik kesuksesan Jokowi memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Pemikiran dan gagasannya tak sedikit memberikan kontribusi besar dalam mengantarkan Jokowi sebagai pucuk pimpinan negara.

Dikutip dari surabaya.tribunnewa.com, Marcus Mietzner, peneliti tentang Indonesia dari Australian National University (ANU) menyebutkam, Andi sebagai salah satu figur dan pemikir penting pada pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam pesta demokrasi 2014.

Banyak konsep kampanye hingga debat capres Jokowi yang merupakan pemikiran orisinil Andi.

Kepiawaiannya mengolah gagasan dalam membantu Jokowi pada 2014 tak lepas dari segudang ilmu akademis yang ia peroleh.

Andi memiliki latar belakang pendidikan yang luas. Mulai dari FISIP jurusan Hubungan Internasional (HI) di Universitas Indonesia dan lulus pada 1996, kemudian juga mendapat gelar sarjana dari School of Oriental dan African Studies University of London.

Mendapatkan Master of Sciences dari London School of Economics, sekaligus juga dapat gelar Master of Sciences dari Industrial College of Armed Forces, Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 2003.

Andi merupakan putra dari Mayjen TNI (Purn) Theo Syafei, mantan Pangdam IX/ Udayana yang juga merupakan politikus senior PDI-P.

Keberhasilannya membantu Jokowi pada 2014 membuatnya dipercaya menjadi Sekretaris Kabinet dalam pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla mulai 3 November 2014 hingga 12 Agustus 2015.

Dicap "Brutus"

Ketika mengemban jabatan sebagai Sekretaris Kabinet, Andi sering menuai kritik dari partai koalisi Jokowi-Kalla terutama PDI-P.

Politisi PDI-P Masinton Pasaribu menuduh Andi dan Menteri BUMN Rini Soemarno kala itu tengah memisahkan Jokowi dengan partai pendukungnya.

Bahkan, keduanya disebut sebagai "brutus" di lingkar Istana.

"Kalau saya cuma ke dua orang, Rini dan AW (Andi Widjajanto). Dua orang ini orang-orang begini kan yang kita sebut 'brutus' jauhkan Jokowi dari partai, menjauhkan dengan relawan, menjauhkan dengan rakyat," kata Masinton di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (5/2/2015) siang.

Masinton mengatakan bahwa Andi sebagai Sekretaris Kabinet kerap mendistorsi informasi yang hendak disampaikan oleh PDI-P ke Presiden.

Padahal, kata dia, pesan dan informasi yang disampaikan PDI-P itu turut mewakili aspirasi dan keinginan rakyat.

"Kader-kader partai minta itu dievaluasi oleh Presiden agar pemerintah bisa jalan efektif, pesan-pesan Presiden juga sampai ke rakyat dan harapan rakyat bisa sampai ke Presiden," ucap Masinton.

Terkait tuduhan tersebut, Andi kala itu mengatakan bahwa elite-elite partai pendukung dapat memiliki akses khusus tanpa melalui birokrasi saat ingin menemui atau berkomunikasi dengan Jokowi.

"Silakan ditanya ke PDI-P yang dimaksud siapa, tapi setahu saya partai-partai itu memiliki akses ke Presiden tidak hanya lewat Mensesneg yang mengatur jadwal, tapi bisa juga akses-akses langsung yang diberikan oleh Presiden," ujar Andi kala itu.

Diganti Pramono Anung

Banjir kritik akhirnya membuat posisinya di pemerintahan kian "keropos".

Puncaknya adalah pencopotannya dari Sekretaris Kabinet dan digantikan politisi PDI-P Pramono Anung pada pertengahan Agustus 2015.

Bersamaan dengan kepergian Andi dari Istana Kepresidenan, tiga staf khusus yang selama ini membantunya juga mengikuti jejak Andi.

Ketiga staf khusus itu adalah Jaleswari Pramodhawardani, Makmur Keliat, dan Alexander Lay.

Perwakilan Tim Komunikasi Presiden kala itu, Teten Masduki, membantah pencopotan Andi berkaitan erat dengan dorongan partai.

"Saya kira enggaklah. Ini hal biasa saja. Ini kan implementasi otoritatif presiden," ujar Teten di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/8/2015).

Sementara itu, Andi mengaku telah mendengar lama rencana perombakan kabinet dari media massa.

Namun, secara khusus, informasi itu ia dapat dari Jokowi pada Selasa (11/8/2015) sore.

"Waktu manggil, (Presiden) mengatakan ada kebutuhan meningkatkan kinerja kabinet. Lalu saya mengatakan, saya bisa memahami keputusan Bapak," kata Andi.

Saat bertemu Presiden, Andi mengaku sempat mengucapkan terima kasih untuk kesempatan yang telah diberikan Presiden Jokowi.

Tak ketinggalan, Andi juga mengaku meminta maaf jika ada kesalahan atau kekurangan selama bertugas membantu Presiden.

"Kami ngobrol kecil, penting (untuk) tetap menjalin koordinasi ke depan. Kapan-kapan bisa sowan ke Presiden dan Wapres," ujarnya.

Setelah didepak dari pemerintahan, lima tahun berikutnya Andi kembali merapat ke Istana sebagai penasihat senior Kantor Staf Kepresidenan (KSP) pada 2020.

Setelahnya, kini ia pun kembali mendapat kepercayaan Jokowi untuk menjadi Gubernur Lemhanas (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.