
SURABAYA (Lenteratoday) – Sampah di sekitaran pantai Bulak, kawasan Kenjeran Surabaya, masih menjadi persoalan yang tiada habis. Masalah ini belum juga tersentuh, melihat masih banyaknya sampah yang menumpuk.
Khususnya warga RT 02 RW 02, Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, mengadu pada Abdul Ghoni Mukhlas Ni’am, anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya.
Saat dikonfirmasi via telepon Senin malam (28/2/22), politisi PDIP tersebut mengaku masalah tersebut terungkap saat agenda reses. Ia pun langsung mengecek lokasi aduhan keesokan harinya. Pihaknya pun menemukan banyak sampah yang menumpuk.
“Sampahnya macam-macam mulai dari sampah plastik, kain itu juga banyak, dan banyak juga sampah kerang. Nah kalau sampah itu dibuang ke laut pasti ekosistemnya akan terganggu,” sesalnya.
Mengingat mayoritas penduduk yang menjadi nelayan, maka Abdul Ghoni sangat menyayangkan kejadian tersebut. Lantaran sampah kerang bisa melukai nelayan yang hendak melaut.
“Kalau disitu banyak sampah apalagi sampah kerang, kalau orang mau melaut kan kena kakinya pasti luka. Makanya saya minta, disitu kan ada mesin penggilingan alat pencacah kerang harusnya dimaksimalkan. Kalau misal bermasalah harus dicek kendalanya apa , kalau ada masalah lapor,” ucapnya.
Untuk meminimalisir tumpukan sampah, Abdul Ghoni menyarankan agar sampah kerang ini bisa dimanfaatkan untuk meleburnya menjadi pakan ternak.
“Cangkang kerang yang mengandung kalsium tinggi sangat baik untuk pakan ternak, juga untuk pakan ikan,” tuturnya.
Usai dilakukan pengecekan, pihaknya pun langsung lapor pada pihak Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) di wilayah setempat.
“Kemudian waktu saya ke lokasi itu saya langsung telpon dinas di wilayah tersebut, ini kenapa kok kaya gini kenapa kok nggak ditindak lanjuti . Akhirnya ditindak lanjuti secara gotong royong, semua akhirnya terlibat mulai dari DKRTH, satgas kebersihan, kelompok nelayan, dan warga,” ujarnya.
“Alhamdulillah sudah bersih sekarang,” ujarnya.
Menurutnya, politisi yang juga fokus akan kebersihan ini akan terus memantau perkembangan masalah tersebut. Sementara ia akan memberi bak sampah besar agar warga sekitar tidak membuang sampah sembarangan ke laut.
Dirinya juga menyoroti ketersediaan alat untuk mengelola limbah kulit kerang agar bisa dimanfaatkan secara ekonomi oleh nelayan sebagai penghasilan tambahan. Ia pun berharap ada pihak yang bersedia turut serta bersama Pemerintah Kota Surabaya mencairkan solusi limbah tersebut.
Sementara, Mas’ud, salah satu perwakilan nelayan, mengaku sangat terdampak akan pemecahan masalah tersebut. Menurutnya, warga sebelumnya telah melapor ke pihak dinas yang bertanggung jawab, namun belum ada respon.
“Alhamdulillah kini sudah teratasi dibantu oleh Mas Ghoni kita lapor sama-sama, kurang lebih pembersihannya selama satu minggu,” kata pria berusia 40 tahun tersebut.
“Mas Ghoni juga menyarankan harus ada alat pencacah kerang, nah diwilayah kita itu ada yang punya, tapi ada yang nggak. Alatnya sangat kecil, jadi tidak ngatasi,” imbuhnya.
Lanjut, kata Mas’ud mengaku jika di sekitar pantai memang tidak ada bak sampah besar untuk menampung pembuangan akhir sampah.
“Kita cuma punya yang kecil baknya, terus habis itu nggak tau buangnya dimana. Makanya warga pasti larinya ke laut. Yang paling banyak selain kerang, memang sampah kain, dan sampah jaring. Karena kita pernah mengalami cuaca ekstrim di tahun 2020 dan 2021. Banyak perahu tenggelam, jaringnya numpuk, ini masih ada sisanya. Makanya ini baru dibersihkan. Karena kita pernah lapor ke dinas tapi belum ada respon,” pungkasnya.
Reporter : Dwita Prasetyo | Editor: Endang Pergiwati