
JAKARTA (Lenteratoday) -Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan memasuki tepat dua tahun pandemi Covid-19 persepsi risiko di Indonesia masih belum terbentuk maksimal meski sudah memahami protokol kesehatan.
"Kita juga masih melihat, ada yang sifatnya masih naik-turun. Kadang bagus, kadang masih harus diperbaiki dan itu strategi komunikasi risiko," kata Dicky di Jakarta, Rabu (2/3/2022).
Dalam membentuk persepsi publik saat menghadapi pandemi Covid-19, beragam strategi yang dijalankan oleh pemerintah sejak awal memang sudah benar. Hanya saja, sejumlah kebijakan yang diterapkan seringkali membingungkan dan belum dapat menyampaikan inti dari pesan yang ingin disampaikan.
Belum terbentuknya persepsi risiko itu disebabkan oleh kebijakan yang terlalu sering berubah dan diterapkan dalam waktu yang terbilang singkat. Sehingga tak jarang masyarakat sulit untuk beradaptasi dengan kebijakan itu.
Pemerintah, kata dia, seharusnya membuat kebijakan yang responsif. Artinya, setiap kebijakan yang nantinya akan diterapkan sudah dipersiapkan dari jauh hari dan telah memperhitungkan berbagai risiko yang akan terjadi.
Selain itu, berbagai antisipasi harus berbasis data yang sudah dikumpulkan jauh-jauh hari. Bukan menerapkan kebijakan yang bersifat reaktif atau baru membuat dan menerapkan kebijakan di saat sebuah kejadian ataupun kasus baru muncul.
"Ini yang harus diubah Indonesia, karena strategi komunikasi risiko dan juga kebijakan yang lebih responsif itu yang akan membangun kepercayaan publik," ujar Dicky.
Di sisi lain nyatanya tak hanya kebijakan yang diterapkan secara cepat saja, tetapi banyaknya pihak yang berbicara mengenai Covid-19 membuat masyarakat dituntut untuk menerima banyak informasi penting dalam sehari. Akibatnya, tingkat kebingungan semakin tinggi.
"Tidak ada kesinkronan atau sinergi antarsektor. Terlalu banyak yang berbicara, terlalu banyak institusi untuk berbicara," kata Dicky.
Hari Rabu 2 Maret 2021, tepat dua tahun dari kasus pertama virus corona (Covid-19) ditemukan di Indonesia.
Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan ada 2 warga negara Indonesia (WNI) yang positif terjangkit virus corona.
Keduanya merupakan warga Depok, Jawa Barat. Hasil penelusuran Tim dari Kementerian Kesehatan, dua orang tersebut terjangkit corona setelah kontak dengan warga negara Jepang (*)
Sumber: Antara|Editor: Arifin BH