
Surabaya – Pemprov Jatim mendistribusikan 18.400 rapid test atau tes cepat untuk mengetahui apakah terinfeksi virus corona (Covid-19) atau tidak. Rapid test tersebut didistribusikan pada 65 rumah sakit rujukan penanganan pasien virus corona dan 38 Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, Kamis (26/3/2020) malam.
Rapid test yang didistribusikan tersebut diantaranya darisumbangan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sebanyak 10.000 rapid test dan 8.400rapid test dari pemerintah pusat. Melalui rapid test ini, akan mampu mengetahuiapakah positif tertinfeksi virus corona atau negative hanya dalam waktu 15sampai 20 menit saja.
Rumah sakit yang mendapatkan rapid test ini adalah rumahsakit yang telah mengkonfirmasikan diri sebagai rumah sakit yang telah masukdalam daftar rujukan dari untuk pelayanan pasien codit,” Alhamdulilah ada 63rumah sakit yang sudah masuk dalam daftar cujukan dan hari ini sekaligus duarumah sakit yang masuk dalam daftar rujukan.
Rujukan yang baru itu adalah RSAU di Madiun, kemudian RS drSoewandi milik pemkot Surabaya. Menjadi 65 rumah sakit rujukan pasien terkait dengacovid 19 ini. Maka total bed yang bisa disiapkan ada 1784 bed kalau kemarin1613.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan bahwa kalau melihat dari jumlah ODP saat ini saat ini, maka rapid test tersebut bisa segera digunakan. Dalam kesempatan pembagian itu,
“Setiap rumah sakit akan menerima dalam jumlah berbeda, tergantung dari kebutuhan masing masing daerah. Bagi daerah yang tingkatnya penyebarannya cukup tinggi makan akan menerima rapid test lebih banyak,” kata Emil.
Emil juga menjelaskan, rapid test akan dilakukan dengan menggunakan skala perioritas. Mulai dari mereka yang punya kontak erat dengan pasien positif sebagai perioritas utama hingga pada mereka yang punya resiko rendah.
Ketua Gugus Tugas Rumpun Kuratif Penanganan Covid-19 Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa rapid test ini merupakan upaya pemerintah khususnya Pemprov Jatim untuk mendetaksi secara screening pada PDP confirm atau tidak. Dia juga menandaskan bahwa rapid test ini sangat membantu untuk mengetahui penyebaran virus corona.
"Pada Rapid test ada fase positif dan ada yang negative, tetapi kalau pada keadaan yang seperti itu kita gunakan line, misalnya dengan seorang di tes dan hasilnya negative itu harus tetap hati hati, karena bisa saja itu belum terdeketksi reaksi imun tubuh. Makanya disarankan 7 hari kemudian di tes lagi," jelasnya.
Dia menambahkan, meskipun hasil tes positif itupun belum tentu corona virus Covid-19. Bisa jadi corona corona yang lain bisa terdetaksi. "Makanya harus diulang lagi, dievaliasi kalau ada bisa dites lagi, tapi walaupun kondisinya demikian, ini sangat membantu. Kalau positif berarti kita harus mengisolasi diri, kalau tanpa gelaja klinis mebih baik di rumah mengisolasi diri, kontak dengan kita, dengan tenaga kesehatan sewaktu waktu kalau ada gejala klinis langsung ke rumah sakit. Kalau negative jangan ke mana mana dulu, batasi aktifitas karena belum itu negative perlu waktu satu minggu untuk terdeteksi, tapi itu sudah sangat membantu paling tidak untuk mengurangi penyebarannya," papar Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya ini. (ufi)