
MOSKOW (Lenteratoday) - Sejumlah pejabat Eropa menyatakan bahwa Rusia tengah merasakan 'tekanan yang dipaksakan sendiri' untuk mencapai semacam kemenangan dalam operasi militer di Ukraina pada 9 Mei 2022 mendatang. Tanggal 9 Mei diketahui menjadi hari peringatan kemenangan Rusia atas Jerman dalam Perang Dunia II silam.
Target Rusia untuk mencapai kemenangan di Ukraina itu diungkapkan oleh dua pejabat Eropa yang enggan disebut namanya, pada Sabtu (9/4/2022). Tidak dijelaskan lebih lanjut dari mana sumber informasi yang disampaikan kedua pejabat Eropa itu.
Sesuai tradisi, Rusia memperingati 9 Mei yang ditetapkan sebagai hari libur itu dengan parade kemenangan militer di Alun-alun Merah di ibu kota Moskow, juga dengan mendengarkan pidato dari Presiden Vladimir Putin.
Dengan sebulan tersisa sampai tanggal tersebut, dua sumber pejabat Eropa ini menyebut Rusia melakukan regroup dan menggeser pasukannya ke wilayah Ukraina bagian tenggara dengan tujuan mencapai semacam kemenangan regional.
Langkah itu menetapkan tujuan yang jauh lebih terbatas dibandingkan merebut sebagian besar wilayah Ukraina."Mengkonsolidasikan dan mencoba setidaknya memiliki sesuatu untuk dibicarakan jelas menjadi kepentingan mereka," sebut salah satu pejabat Eropa itu.
Namun di sisi lain, ditekankan oleh pejabat Eropa itu bahwa tekanan waktu bisa membuat pasukan Rusia melakukan kesalahan-kesalahan, yang diperparah oleh masalah logistik dan persoalan moral yang telah dihadapi sebelumnya.
Menurut satu pejabat Eropa lainnya, kerangka waktu politik untuk perang bisa memicu 'bencana militer sebagai konsekuensi'.Tapi hal itu juga dinilai bisa memicu pasukan Rusia untuk melakukan lebih banyak kekejaman. "Bau kejahatan perang akan menyelimuti Angkatan Bersenjata Rusia selama bertahun-tahun," ujar pejabat Eropa itu.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan media Inggris, Sky News, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengisyaratkan operasi militer di Ukraina bisa berakhir dalam beberapa hari mendatang.Dalam wawancara itu, Peskov bersikeras menyebut apa yang terjadi di Ukraina saat ini bukan perang, tetapi "operasi militer khusus" yang diperlukan karena Ukraina telah menjadi "pusat anti-Rusia" sejak tahun 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea.
Dalam isyarat pertama Kremlin ingin mengakhiri perang - meskipun dalam bentuk yang tidak diketahui - Peskov berkata: "Militer kami sedang melakukan yang terbaik untuk mengakhiri operasi itu."
"Dan kami berharap bahwa dalam beberapa hari mendatang, di masa mendatang, operasi ini akan mencapai tujuannya atau akan menyelesaikannya dengan negosiasi antara delegasi Rusia dan Ukraina," ujar Peskov.
Siapkan Perundingan Lagi
Sementara, otoritas Turki menyebut Rusia dan Ukraina masih bersedia untuk melanjutkan perundingan damai, meskipun sempat saling tuduh soal pembunuhan massal di kota-kota Ukraina, termasuk Bucha. Namun ada 'sejumlah isu yang tertunda' dalam pembicaraan kedua negara yang berkonflik itu.
"Baik Rusia dan Ukraina bersedia menggelar pembicaraan di Turki, tapi mereka masih jauh dari menyepakati teks bersama," sebut seorang pejabat Turki, yang enggan disebut namanya, seperti dilansir AFP, Sabtu (9/4/2022).
Disebutkan pejabat Turki itu bahwa ada 'beberapa isu yang tertunda' termasuk soal status wilayah Donbas dan Crimea, juga soal jaminan keamanan.Menurut pejabat Turki itu, belum ada tanggal pasti untuk perundingan damai babak selanjutnya antara Rusia dan Ukraina. Turki, yang menjadi tuan rumah perundingan damai Rusia-Ukraina yang digelar pekan lalu, telah menempatkan diri sebagai mediator untuk mengakhiri konflik.
"Kami menjadi satu-satunya negara yang bisa berbicara dengan kedua pihak, satu-satunya negara yang bisa berbicara dengan Rusia," tegas pejabat Turki itu.(*)
Sumber: AFP,ist | Editor: Widyawati