
KEDIRI (Lenteratoday) - Pemkot Kediri melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) melakukan Pemantauan dan Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada semua pasar hewan di Kota Kediri. Hasilnya, sesuai laporan dari petugas teknis, belum ditemukan hewan bergejala PMK di Kota Kediri.
Tindakan Pemkot Kediri tersebut menindaklanjuti Surat Edaran Gubernur Jawa Timur mengenai laporan kejadian penyakit akut pada ternak yakni PMK yang terjadi di Jawa Timur. PMK merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak Sapi, Kambing, Domba, Babi, dan Kerbau dengan tingkat penularan mencapai 91-100 persen dengan kerugian ekonomi yang sangat tinggi.
Tanda klinis PMK, antara lain: demam tinggi antara 39-41°C, keluar lendir berlebihan dari mulut, luka seperti sariawan pada mulut dan lidah, hilang nafsu makan, pincang, luka pada kaki hingga lepas kuku, serta produksi susu menurun drastis.
Kegiatan pemantauan tersebut dilangsungkan guna mengidentifikasi dan mensosialisasikan kemunculan penyakit yang mencuat kembali sejak 5 Mei 2022 lalu. “Penyakit ini bukan hal yang baru, dulu pernah ada penyakit ini. Indonesia dinyatakan bebas PMK sejak 1986 dan sekarang muncul kembali,” jelas Ridwan, Kepala DKPP Kota Kediri, Rabu (11/5/2022).
Turut serta dalam kegiatan pemantauan diantaranya perwakilan dari Disperdagin, Polres Kediri Kota dan PD Pasar Kota Kediri.
Mengantisipasi meluasnya penyakit tersebut, DKPP Kota Kediri telah membuat edaran untuk masyarakat melalui surat resmi yang dikirimkan kepada tiap-tiap kelurahan. Pihaknya juga telah menjadwalkan pemantauan di pasar hewan se-Kota Kediri dan di wilayah kantong-kantong ternak Kota Kediri, seperti di Kecamatan Pesantren.
“Hari ini jadwal pemantauan di Pasar Hewan Muning. Berdasarkan hasil sidak yang kami lakukan, sampai saat ini Kota Kediri bebas PMK. Namun kita tidak boleh lengah dan harus dipantau terus jangan sampai PMK ini membawa dampak buruk bagi masyarakat,” kata Ridwan.
Ridwan mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik, pasalnya penyakit ini tidak menular ke manusia, tetapi ke sesama hewan. “Imbauan Saya jangan panik, kalau ada gejala-gejala yang timbul segera laporkan ke DKPP Kota Kediri,” jelasnya.
Ridwan mengemukakan pemicu munculnya kembali PMK ini masih diteliti tenaga medik veteriner. Namun, pihaknya menganalisis bahwa penyakit ini kali pertama ditemukan setelah dinyatakan bersih sejak 36 tahun silam pada seekor Kambing.
“Gejala klinis PMK pada kambing ini tidak kelihatan tapi sebenarnya dia membawa virus. Lain halnya pada sapi, jadi pada kambing akan lebih sulit dideteksi,” ujarnya.
Ia berpesan kepada masyarakat agar mewaspadai PMK. Menurutnya, Sapi merupakan komoditas ternak hewani yang memiliki potensi ekonomi sangat tinggi. Sehingga apabila terinfeksi PMK dapat berefek terhadap harga daging, sektor ekonomi hotel dan restoran, serta penurunan produksi susu hingga 70 persen. (*)
Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi