MALANG (Lenteratoday) – Pada tahun 2025, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang menargetkan pembentukan 10 kelompok urban farming baru, sekaligus meningkatkan kapasitas ratusan kelompok yang telah ada. Dana disiapkan sekitar Rp 1 miliar diharapkan mendorong ketahanan pangan, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat perkotaan.
“Untuk meningkatkan jumlah kelompok urban farming sekaligus meningkatkan kapasitas kelompok yang sudah ada, kami sudah mengalokasikan anggaran yang cukup mumpuni. Persisnya berapa saya lupa, tapi sekitar Rp 1 miliar, tidak sampai Rp 2 miliar,” ujar Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan, Sabtu (30/11/2024).
Saat ini, Slamet menyebutkan, Kota Malang telah memiliki 131 kelompok urban farming dengan anggota berkisar antara 10 hingga 20 petani per kelompok. Urban farming di Kota Malang, sambungnya, tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui hasil produksi pertanian yang dapat dikonsumsi maupun dijual.
“Sebagian besar kelompok urban farming saat ini memproduksi komoditas sayur-mayur seperti cabai, kangkung, dan bayam. Namun, kami juga mendorong mereka untuk mengintegrasikan pertanian dengan sektor lain, misalnya perikanan dengan bioflok atau peternakan kecil,” imbuh Slamet.
Sebagai bagian dari peningkatan kapasitas, Dispangtan juga akan memberikan edukasi kepada para petani mengenai teknologi pertanian modern. Teknologi seperti budikdamber atau budidaya ikan dalam ember, kemudian hidroganik, dan bioflok, menurutnya akan masif diperkenalkan guna meningkatkan efisiensi dan hasil produksi kelompok tani.
“Kami ingin kelompok tani urban farming di Kota Malang ini lebih inovatif dan produktif. Karena edukasi seperti ini sangat penting agar mereka memahami teknologi terbaru dan bisa mengaplikasikannya di lapangan,” jelas Slamet.
Slamet menyadari, keberlanjutan urban farming membutuhkan dukungan penuh, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu, selain alokasi anggaran, pelatihan intensif dan pendampingan teknis akan terus dilakukan sepanjang tahun.
Lebih lanjut, Slamet menyampaikan, keberadaan urban farming juga dirancang untuk mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan. Dengan memanfaatkan lahan sempit atau pekarangan rumah, masyarakat dapat menanam berbagai komoditas yang bernilai ekonomis.
Ia mengaku optimistis, pengembangan urban farming tidak hanya memberikan dampak positif terhadap ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kota Malang.
“Urban farming bukan hanya soal bertani, tetapi juga mengajarkan masyarakat untuk hidup lebih mandiri dan ramah lingkungan. Kami percaya dengan kolaborasi yang baik, program ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi warga Kota Malang,” pungkasnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor:widyawati