26 April 2025

Get In Touch

Gerhana Matahari Cincin, di Ponorogo Tampak Mirip Bulan Sabit

Gerhana Matahari Cincin, di Ponorogo Tampak Mirip Bulan Sabit

Ponorogo - Matahari tampak mirip bulan sabit selama sekitar tiga menit di langit Ponorogo. Pemandangan ini terjadi selama tiga menit, yaitu pada puncak konjungsi dari titik pengamatan yang berada di Desa Gandu, Kecamatan Mlarak, Ponorogo, Jawa Timur.

Matahari sabit tampak dari citra digital hasil pengamatan teleskop refraksi milik Tim Pemantau Gerhana Matahari Laboratorium Falakiyah Watoe Dhakon Observatory (WDO) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo pada Kamis (26/12/2019). Dari titik pengamatan, konjungsi alias posisi bersimpangan terjadi pada pukul 12.51 di mana bulan menutupi 65 persen matahari.

“Di Ponorogo, matahari yang tertutup bulan lebih mirip kondisi saat bulan sabit. Durasinya sekitar 3 menit,” ungkap Peneliti sekaligus Sekretaris WDO IAIN Ponorogo Novi Fitia Maliha. Ini berbeda dengan penampakan matahari di atas langit Siak, Riau, yang terlihat benar-benar seperti cincin.

Dalam pengamatannya bersama Kepala WDO IAIN, Junaidi, kontak awal gerhana terjadi pada pukul 10.59 WIB. Puncak gerhana terjadi pada pukul 12.51. Pada saat inilah matahari lebih mirip bulan sabit saat dilihat melelui teleskop pengamat atau dilihat dnegan mata tapi memakai kacamatan ND5. Gerhana matahari sebagian ini berakhir pada pukul 14.30.

“Gerhana matahari sebagian berhasil dilihat dengan baik meskipun langit Ponorogo sempat terjadi mendung sebelum kontak awal gerhana. Pada awal sempat difoto dengan alat teleskop buatan kita sendiri dan kita rekam perjalanan gerhana sampai akhir walaupun di akhir sempat tertutup awan,” ulasnya.

Dari kejadian ini Novi mengatakan, tidak ada pengaruh apapun terhadap kondisi bumi. Termasuk terhadap cuaca dan iklim yang pengaruhnya masih perlu dikaji lebih dalam. Ia juga menegaskan tidak ada korelasinya sama sekali terhadap bencana yang mungkin terjadi di bumi sesaat atau setelah gerhana. Juga tidak perlu dihubung-hubungkan dengan mitos.

“Sejauh ini tidak ada pengaruh apapun ya. Ini adalah fenomena alam yang patut kita ketahui, pelajari dan syukuri saja. Ini kebesaran Allah,” ujarnya.

Tim IAIN Ponorogo melakukan pengamatan di Desa Gandu, Kecamatan Mlarak. Tepatnya pada bujur 129° 30’ 47” dan lintang -7° 55’ 30” pada ketinggian 140 meter di atas permukaan laut, dengan menggunakan teleskop jenis refraktor berdiameter 100 mm pada focal length 500 mm.

Metode pengamatan yang digunakan kali ini adalah metode astronomi modern hakiki-tahkiki kontemporer. Metode ini dipilih dari sekian banyak metode yang biasa dipakai dalam pengamatan gerhana matahari atau gerhana bulan. Pertimbangannya, dengan metode ini tim bisa merekam dengan baik perjalanan gerhana dari waktu ke waktu.

“Metode ini memungkinkan akurasi pengamatan dengan hasil yang lebih bagus,” terangnya. (han)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.