07 April 2025

Get In Touch

Pemkot Malang Wajibkan ASN Berpakaian Produk UMKM Lokal pada "Kamis Mbois"

Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat. (Santi/Lenteratoday)
Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat. (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, baru-baru ini mengumumkan inovasi baru terkait aturan berpakaian para Aparatur Sipil Negara (ASN) di wilayahnya. Aturan ini bertajuk "Kamis Mbois," mewajibkan para ASN untuk berpakaian bebas rapi asal menggunakan produk UMKM lokal, di setiap hari Kamis.

Wahyu menjelaskan, para ASN dapat memilih untuk menggunakan batik, kemeja putih, kemeja dengan beragam warna, atau bahkan celana jeans, selama keseluruhan produk berasal dari UMKM lokal Kota Malang.

"Surat Edaran sudah kami keluarkan, saya minta nanti ASN ini menggunakan pakaian dari produk UMKM. Mau pakai celana jeans juga boleh tapi harus produk UMKM Kota Malang. Kaos ya gak boleh, kita tetap bebas rapi tapi harus sopan," ujar Wahyu, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (1/11/2023).

Wahyu menyebutkan, keputusan ini diambil dengan tujuan untuk mendukung UMKM lokal Kota Malang dan mendorong ASN untuk menggunakan produk-produk lokal. Wahyu berharap bahwa hal ini akan mampu memberikan dorongan yang maksimal bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat sektor UMKM.

Selain itu menurutnya, aturan "Kamis Mbois" juga bertujuan untuk menghapuskan sekat antara ASN dan masyarakat yang dilayani. Pj Wali Kota Malang ini percaya bahwa dengan berpakaian bebas, para ASN akan lebih mudah berbaur dengan masyarakat tanpa rasa sungkan.

"Karena kalau biasanya kita menggunakan seragam, kita melayani masyarakat kan kadangkala sungkan untuk bisa berbaur melayani. Tapi kalau dengan pakaian bebas ini kan sepertinya menyatu, jadi kesannya gak ada sekat pembatas," lanjutnya.

Lebih lanjut, dengan diberlakukannya Kamis Mbois ini. Wahyu mengakui bahwa secara otomatis hal tersebut akan menghapus tradisi berpakaian sebelumnya, di mana ASN memakai baju lurik pada hari Kamis dan digantikan dengan aturan baru ini.

"Untuk di sekolah, nanti dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) saya harapkan guru juga bisa seperti itu atau menyesuaikan. Karena kadangkala misalkan ada yang tidak suka jeans dan lain-lain, nanti kita serahkan pada masing-masing lembaga pendidikan," pungkasnya. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.