12 April 2025

Get In Touch

Awas Omicron BA.4 dan BA.5 Sudah Masuk Indonesia! Penyintas Bisa Kena Lagi?

(Ilustrasi)
(Ilustrasi)

JAKARTA (Lenteratoday)- Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah masuk Indonesia. Diduga, kedua subvarian ini memicu kenaikan kasus COVID-19 RI sepekan terakhir.

"Kenaikan sesudah hari raya itu antara 27 hari sampai 35 hari, sejak hari raya besar Natal ataupun Lebaran, ini Lebaran kita kan kemarin 2 Mei, kok nggak naik, ya belum naik, karena kan biasanya kejadiannya 27 sampai 35 hari jadi kenaikan itu pertama normal setiap hari raya besar pasti ada kenaikan," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (10/6/2022).

Ternyata, varian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi sejak Mei 2022, teridentifikasi pada empat kasus di Bali."Kedua, kita juga ada varian baru, varian baru juga sudah kita identifikasi tadi malam, tapi itu sebenarnya kejadiannya di akhir bulan Mei. Nah dari dua fakta itu memang pasti akan ada kenaikan," imbuh Menkes.

Seiring itu, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyorot rendahnya kapasitas deteksi kasus COVID-19 hampir di seluruh wilayah Indonesia. Terlebih, banyak pasien COVID-19 tidak bergejala sehingga peningkatan kasusnya tidak bisa langsung terlihat. Imbasnya lebih lanjut, penularan pada kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak berusia lima tahun ke bawah menjadi tak terdeteksi.

"Kita harus waspadai dengan kesadaran bahwa dalam penyebaran penyakit COVID-19 ini fenomena puncak gunung es itu selalu terjadi. Kemudian juga kita harus waspadai karena COVID ini didominasi oleh kasus yang tidak bergejala. Artinya, kasus sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Namun karena mereka tidak bergejala (menjadi tidak terdeteksi)," terang Dicky.

Sebelumnya, Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dilaporkan telah mendapatkan perhatian di Afrika Selatan. Karena kasus mingguan di sana meningkat tiga kali lipat dalam dua minggu terakhir di bulan Mei lalu, ungkap data dari Universitas John Hopkins.

"Itu benar-benar muncul tiba-tiba selama akhir minggu. Kamis sudah menyelesaikan dengan BA.2.12.1 dan kemudian BA.4 dan BA.5?" jelas pakar penyakit menular University of California, Peter Chin-Hong, dikutip dari South China Morning Post. "Seperti bab penutup dari kisah yang tidak pernah berakhir." imbuhnya.

Sementara itu, menurut para ahli, pasien varian Omicron pertama BA.1 tidak mungkin terinfeksi ulang subvarian BA.2 atau bahkan lebih menular. Namun BA.4 dan BA.5 nampaknya berbeda dari subvarian sebelumnya.

Diperkirakan 90% populasi Afrika Selatan memiliki kekebalan varian Omicron karena bertahan dari infeksi alami atau dari vaksinasi."Jika 90% orang telah kebal dan melihat lonjakan kasus, itu berarti duo dinamis [BA.4 dan BA.5] menyebabkan lebih banyak infeksi ulang, bahkan pada orang yang telah terpapar Omicron," jelasnya.

Pertanyaan berikutnya bisakah BA.4 dan BA.5 membuat gelombang kasus lain? Beberapa pakar kesehatan menyebutkan gelombang di Afrika Selatan bisa terulang di negara lain, tetapi tidak dalam waktu dekat.

Dari data saat ini tidak menunjukkan keduanya menyebabkan orang menjadi sakit lebih parah dari varian Omicron sebelumnya. Namun Chin-hong mengatakan BA.4 dan BA.5 sepertinya lebih menular dan memiliki kesempatan untuk menghindari kekebalan yang ada. Chin-hong juga menambahkan mereka yang belum divaksin dan belum pernah terinfeksi virus corona sebelumnya punya peluang lebih tinggi tidak sembuh jika terinfeksi.(*)

Sumber:Kemenkes, South China Morning Post,ist | Editor: Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.