16 April 2025

Get In Touch

Terdampak Harga BBM, Sopir Angkot di Malang Sulit Naikkan Tarif Penumpang

Andri, salah satu sopir angkot jurusan Lawang-Arjosari saat menunggu angkotnya terisi oleh penumpang, di bawah jembatan layang Arjosari
Andri, salah satu sopir angkot jurusan Lawang-Arjosari saat menunggu angkotnya terisi oleh penumpang, di bawah jembatan layang Arjosari

MALANG (Lenteratoday) Sopir Angkutan umum keluhkan banyak terdampak kenaikan BBM dan kesulitan untuk menyesuaikan harga tarif penumpang karena terdampak kenaikan harga BBM. Hal tersebut diungkapkan oleh Rudi dan Andri, salah satu sopir angkot jurusan terminal Lawang, kabupaten Malang – terminal Arjosari, Kota Malang yang ditemui ketika menunggu penumpang di bawah fly over Arjosari, kota Malang.

"Saya mau menaikkan tarif tapi tidak tega dengan penumpang (yang kebanyakan dari masyarakat menengah ke bawah) tapi kalau tidak dinaikkan, saya buat beli bensin ini juga katakanlah kayak ragu-ragu," ungkap Rudi, seorang sopir angkot jurusan Lawang-Arjosari, ditemui ketika sedang menunggu penumpah, di bawah Flyover Arjosari, Sabtu (17/9/2022).

Rudi mengaku pendapatan yang didapatkannya paska BBM naik tidak mencukupi untuk keperluan kebutuhan sehari hari.

"Sekarang mau kasih lebih ke keluarga juga tidak bisa. BBM ini kan pengaruh ke harga kebutuhan dapur juga, saya hanya bisa minta maaf lah ke keluarga. Sedapatnya rejeki pas narik, disyukuri," imbuhnya.

Ketika disinggung apakah sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah, Rudi mengatakan sampai saat ini bantuan yang direncanakan pemerintah untuk pemberian subsidi sektor transportasi masih belum diperolehnya. Namun, pria asal Randuagung, kecamatan Singosari tersebut menjelaskan bahwa keluarganya di kampung sudah mendapatkan bantuan berupa sembako dari pemerintah daerah paska naiknya BBM bersubsidi.

Para sopir angkot jurusan Lawang-Arjosari saat menunggu penumpang di bawah jembatan layang Arjosari

Di lain sisi, Andri yang juga berprofesi sebagai sopir transportasi darat tersebut mengeluhkan pengaruh naiknya BBM yang dirasa cukup besar bagi perekonomiannya. Meskipun tarif penumpang ia naikkan, tapi jumlah pengguna jasa angkot menurutnya malah menurun.

"Dulu sehari BBM habis 100ribu, sekarang bisa 140ribu. Selisihnya hampir 50ribu. Sekarang ini tarif kita naikkan, penumpangnya sedikit. Orang kan juga mikir ongkos pulang perginya," ungkap Andri.

Lebih lanjut, Andri mengaku pendapatan bersih per hari yang ia dapatkan hanya berkisar 30ribu sampai 50ribu rupiah. Ia juga mengharap agar pemerintah dapat segera memberikan bantuan untuk pekerja di sektor transportasi (*)

Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.