09 April 2025

Get In Touch

Ketua Asprov DIY: Pembinaan Pesepakbola Bukan Cuma Soal Teknis Bermain di Lapangan

Ketua Asprov PSSI DIY, Ahmad Sauqi.
Ketua Asprov PSSI DIY, Ahmad Sauqi.

YOGYAKARTA (Lenteratoday) – Mengemban tugas utama untuk membina pesepakbola maupun pelaku managemen sepakbola di lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),  Asprov PSSI DIY tidak ingin setengah hati. Bukan hanya agar dapat mensuplay pesepakbola yang tangguh di tingkat PSSI, namun juga membentuk masyarakat pecinta dunia sepakbola yang paham akan aturan pelatihan, permainan dan pertandingan di daerah.

Dalam mengemban misi pembinaan tersebut, Ketua Asprov PSSI DIY, Ahmad Sauqi, menuturkan serangkaian pola pembinaan berkelanjutan serta beberapa aturan dibuat untuk memajukan pesepakbolaan di DIY.

“Misi Asprov adalah pembinaan, untuk menuju ke tingkat nasional, Liga Pro atau PSSI. Asprov ini terdiri dari perwakilan Askot dan Askab. Sementara pembinaan di tingkat Askot dan Askab, diarahkan untuk kesiapan di tingkat  Asprov. Yang dibina di Asprov ini bukan hanya pemain dan pelatih, atau yang bisa disebut pesepakbola ini, namun juga manajemennya, agar bisa menjalankan managemen ke tingkat selanjutnya,” tutur Ahmad Sauqi.

Dalam upaya pembinaan ini, tidak hanya terkait teknis bersepak bola, namun juga kesiapan fisik dan mental sebagai pesepakbola. Sementara untuk pelaku managemen pun juga dilakukan pembinaan bidang managemen agar siap menjalankan roda managerial di tingkat Liga pro atau PSSI.

Pembinaan yang dilakukan oleh Asprov ini, ada dua kaki, yaitu regional base development, artinya berbasis daerah seperti Askot dan Askab. Kaki kedua adalah club base development, atau club pro, berbasis club atau perkumpulan, contohnya akademi persebaya.

“Di luar kedua kaki ini ada SSB. Sebelum 2019, SSB tidak masuk dalam keluarga besar PSSI, melainkan berdiri sendiri. Mulai 2019, ada statute 2019, SSB bisa masuk sebagai lembaga terafiliasi. Caranya, SSB melakukan pendaftaran ke Asprov, kemudian pihak Asprov melakukan pengecekan badan hukum,  latihan, sampai kurikulumny. Bila tidak melakukan pendaftaran ini, maka SSB tersebut dikatakan tidak terafiliasi. Bila tidak terafiliasi, maka tidak boleh mengikuti turnamen resmi Asprov atau PSSI,” paparnya.

Club atau perkumpulan yang terdaftar atau terafiliasi ini cukup banyak di tiap kota dan kabupaten di wilayah DIY. “Total pada Asprov DIY ini sekitar 300 club,” katanya. Sementara club yang berkompetisi di Liga 3 sendiri berjumlah 22 club.

Selain itu, Asprov DIY juga memisahkan SSB dan Akademi. “Akademi itu miliknya club pro, misal PSIM, sementara yang amatir juga lebih banyak  lagi di DIY ini,” ucap Sauqi.

Kini pihaknya mengeluarkan aturan baru untuk pemain luar, yaitu hanya 5 pemain luar DIY yang boleh memperkuat Liga 3 di DIY. Tujuan aturan ini, supaya club Liga 3 DIY memainkan anak binaan DIY. Sauqi menekankan hal ini agar pembinaan yang dilakukan Asprov benar-benar bermanfaat bagi pemain dari daerah setempat.

Tidak hanya untuk pemain, pembinaan dan pelatihan juga diberikan Asprov kepada pelatih, wasit maupun pelaku management. Sauqi berharap, di tingkat Asprov, para pelaku sepak bola ini memahami dan bisa bersikap professional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Asprov DIY juga baru saja menandatangani MoU dengan pihak BPJS Ketenagakerjaan. Melalui kerjasama ini, pemain dalam pertandingan resmi bisa mendapatkan dana pertanggungan dari BPJS Ketenagakerjaan. “Untuk club pro, apabila ada pemain cedera biasanya sudah jelas, pihak mana yang bertanggung jawab memberikan dana pertanggungan. Namun untuk club amatir, MoU dengan BPJS ini bisa menjadi solusi bagi pemain,” terangnya.

Dalam melaksanakan berbagai program pembinaan dan kompetisi, Asprov DIY mengaku masih mengalami sejumlah kendala, di antaranya dalam infrastruktur stadion. “Stadion memang sudah ada namun tidak mencukupi untuk memfasilitasi ratusan perkumpulan se-DIY. Sementara dana pemerintah daerah selama dua tahun kemarin terserap untuk menghadapi masa pandemi Covid 19,” katanya.   

Kendala lain adalah terkait kesadaran bersepakbola dengan benar, mulai dari aspek organisasi, termasuk aturan-aturan yang harus dipatuhi.  Sauqi mencontohkan, aturan club harus memiliki badan hukum, atau juga misi pembinaan yang harus diberikan kepada pemain dari wilayah DIY itu sendiri.  Dalam hal itu, pihak Asprov DIY bertanggung jawab untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada pemilik club atau tim managemen. 

Untuk menjawab tantangan tersebut, pihak Asprov DIY berupaya menjalin hubungan baik dengan pihak pemerintah kota dan kabupaten di wilayah DIY. “Bagi yang sudah punya stadion, mari kita rawat baik –baik,  namun bagi yang belum, panggil kami saja, agar kami dapat menjelaskan bagaimana seharusnya standar  pembangunan sebuah stadion,” tutur Sauqi.

Tak hanya itu, pihaknya juga bekerjasama dengan pihak lain, seperti kampus – kampus besar di wilayah DIY tersebut untuk bekerjasama pengadaan berbagai hal yang menjadi kebutuhan bagi pesepakbola, misalnya pelayanan medis bisa disediakan oleh kampus UNISA atau UNY.   

Reporter : Yoski  | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.