
SURABAYA (Lenteratoday) -Salah satu penopang perekonomian Indonesia yang tangguh menghadapi gempuran perekonomian adalah UMKM. Namun produk UMKM masih memiliki banyak kelemahan, di antaranya segi kemasan.
Demi memperbaiki kualitas produk UMKM, anggota Komisi VII DPR RI Bambang DH bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar Pelatihan Teknologi Pengemasan Produk UMKM di Gedung Auditorium Universitas 17 Agustus 1945, pada Sabtu (29/10/2022).
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Dr. Asep Nurhikmat, M.P. mengupas tuntas kelebihan dan kelemahan dari UMKM. Hal ini dimaksudkan agar dapat memperbaiki produk UMKM sehingga benar benar mampu meningkatkan pendapatan, bahkan menjadi sumber penghasilan yang tinggi.
"Salah satunya adalah pelaku UMKM tidak fokus atau tidak serius melakukan produksi atau menggarap usahanya. Akibatnya, hasil yang mereka dapatkan juga tidak serius," tutur Dr Asep, di hadapan sekitar 200 pelaku UMKM.
Sementara dari segi kemasan, banyak pelaku UMKM belum mengetahui bagaimana cara mengemas produknya dengan baik, sehingga menarik pembeli.
"Sebenarnya untuk keseluruhan, banyak produk yang memang sudah siap dipasarkan. Namun banyak juga masih perlu perbaikan. Mulai dari bahan baku, pemrosesan hingga pengemasan," ujarnya.
Dr. Asep menambahkan, bahwa pelaku UMKM juga harus melihat apa yang diinginkan konsumennya. "Bila konsumen menolak, artinya ada yang harus diperbaiki," ucapnya.
Demikian pula untuk produk yang dipasarkan luar negeri, banyak persyaratan yang harus dipenuhi, baik untuk produk maupun pengemasannya.

"Produk yang dipasarkan di luar negeri tentu dikirim ke negara tujuan. Nah, disana juga ada lembaga seperti Balai POM yang memverifikasi apakah produk ini sesuai dengan persyaratan mereka," paparnya.
Untuk memenuhi persyaratan itu, tentu harus dilakukan penelitian terlebih dahulu. Pihak BRIN sebagai lembaga riset nasional ini memiliki peran untuk melakukan penelitian tersebut, untuk membantu pelaku UMKM dalam memasuki pasar internasional.
"Semakin luas pemasaran yang dilakukan, seperti pasar internasional, semakin tinggi pula persyaratan yang harus dipenuhi," tambahnya.
Semua pemaparan dari BRiN dalam pelatihan ini diakui Melisa, pelaku UMKM dari Sidoarjo, telah membuat dirinya semakin jelas dalam membaca pasar mana yang akan dituju.
"Semula, saya hanya memasarkan produk bolu lapis saya di sekitar Sidoarjo, sekarang saya akan memperluas pemasaran ke luar kota. Kalau keluar pulau sepertinya belum, karena produk saya ada masa kadaluarsanya. Untuk pengiriman antar kota masih bisa, tetapi untuk luar pulau sepertinya belum bisa," tuturnya (*)
Reporter : Endang Pergiwati|Editor: Arifin BH