
SEMARANG (Lenteratoday) - Konflik antara kelompok yang berbeda pilihan politik, kerap terjadi menjelang pemilihan umum. Salah satu kunci yang dapat diterapkan untuk meredam konflik tersebut yakni dengan pendidikan politik.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah, Haerudin, menyampaikan bahwa pendidikan politik mampu menghindarkan masyarakat dari konflik akibat budaya politik yang mengakar. Semakin cepat pendidikan politik dipahamkan kepada masyarakat, maka potensi konflik akan turut berkurang.
"Konflik politik itu kuncinya di pendidikan politik. Kalau pendidikan politik sudah jalan, itu bisa meredam konflik karena potensi budaya politik tidak maksimal. Jadi, budaya politik tidak menjadi guidance untuk kemudian melakukan kegiatan politik," ujarnya, Sabtu (19/11/2022).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa konflik merupakan suatu hal yang tak bisa dihindari dalam dinamika hidup masyarakat. Kendati demikian, konflik harus dikelola dengan baik supaya tidak memberikan dampak negatif yang meluas.
"Maka harus dimitigasi, dideteksi awal karena konflik bagaikan letupan api kecil yang kalau dibiarkan akan membesar. Kalau segera dimatikan, ditangani insyallah tidak ada terjadi," katanya.
Menurutnya, konflik menjelang Pemilu, tidak hanya didasari oleh pilihan politik yang berbeda. Adanya perbedaan suku, agama, dan kepentingan, juga turut memicu terjadinya konflik.
Nantinya, Kesbangpol akan menggandeng sejumlah tokoh masyarakat dalam menyebarkan pendidikan politik. Melalui bantuan tokoh masyarakat, diharapkan pendidikan politik dapat tersampaikan dengan lebih baik.
"Yang pasti kita gandeng tokoh agama, ada FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), tokoh masyarakat, ada ormas, lalu tokoh politik, termasuk anggota dewan untuk bisa sama-sama melakukan pendidikan politik kepada masyarakat," jelasnya. (*)
Reporter : Azifa Azzahra | Editor : Lutfiyu Handi