20 April 2025

Get In Touch

Batik Ramah Lingkungan Didukung Guna Wujudkan Konsep Greenpreneur

Tim Universitas Ciputra bersama produsen batik di Desa Wage, Taman, Sidoarjo menunjukkan hasil pewarnaan batik dari pewarna alami. (Foto:istimewa)
Tim Universitas Ciputra bersama produsen batik di Desa Wage, Taman, Sidoarjo menunjukkan hasil pewarnaan batik dari pewarna alami. (Foto:istimewa)

SIDOARJO (Lenteratoday) - Hingga saat ini, produksi batik masih sering dicap sebagai industri tidak ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan limbah pewarna sintetis yang kerap mencemari ekosistem sekitar. Berupaya merubah pandangan tersebut, Universitas Ciputra menyelenggarakan pengabdian masyarakat bertajuk ‘Pendampingan UMKM Batik berbasis Greenpreneur’.

Ketua Pelaksana Program, David Sukardi Kodrat, menyampaikan bahwa proses pewarnaan batik yang banyak melibatkan elemen air, sangat berpotensi untuk mencemari ekosistem perairan. Kendati demikian, masih banyak produsen batik yang belum menyadari hal tersebut.

"Sehingga perlunya edukasi terhadap para pengrajin batik tentang pewarna alami yang ramah lingkungan. Sekaligus sebagai bagian dari dukungan terhadap konsep SDGs, pembangunan yang berkelanjutan," terangnya (14/12/2022).  

Selain dinilai lebih ramah lingkungan, pewarna alami juga dapat menjadi nilai tambah produk kriya batik. Tentunya, akan berpengaruh pada peningkatan harga jual batik.

Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan alasannya mengutamakan UMKM batik. Menurutnya, industri batik memiliki peran penting dalam perekonomian makro di Indonesia.

"Besarnya kontribusi batik terhadap perekonomian nasional, besarnya kontribusi batik terhadap serapan tenaga kerja di Indonesia, dan besarnya jumlah UMKM yang bergerak dalam bidang kriya kain," jelasnya.

Bertempat di Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, pendampingan dilaksanakan melalui empat tahap. Mulai dengan tahap pengenalan motif dan trend batik, teknis batik dan pewarnaan, produksi batik, hingga digital marketing. Materi tersebut masing-masing disampaikan oleh David Sukardi Kodrat, Tina Melinda, dan Rahayu Budhi Handayani.

Sementara itu, Rektor Universitas Ciputra, Yohannes Somawiharja, menyebut bahwa pendampingan tersebut sukses memberikan alternatif nilai tambah baru bagi produsen batik. Selain itu, juga memberikan bentuk nyata pertanggujawaban pada lingkungan. Ia berharap, program serupa dapat dierluas hingga ke wilayah lain.

"Pelatihan seperti ini perlu diperluas jangkauan dan kapasitasnya agar semakin banyak pengrajin kriya kain yang dapat dijangkau, mengingat potensi ekonomi kreatif untuk kriya kain cukup besar di Indonesia," harapnya. (*)

Reporter: Azifa Azzahra, rls | Editor: Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.