
Bulan Desember menjadi bulan yang istimewa bagi sebagian besar kita, karena bulan ini adalah bulan di penghujung tahun, di mana kita menantikan datangnya tahun yang baru dengan harapan dan resolusi baru untuk kehidupan yang lebih baik. Bagi orang Kristiani, bulan Desember juga istimewa karena di bulan ini, tepatnya tanggal 25 Desember diperingati sebagai hari raya Natal, hari raya kelahiran Tuhan Yesus.
Sejarah dan Tradisi Natal
Istilah “natal” sendiri berasal dari ungkapan Bahasa Latin, yaitu “dies natalis” yang artinya “hari ulang tahun”. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti Misa Kristus. Christmas kerap ditulis Χ’mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen, karena huruf X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho.
Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat juga mewarnai aktivitas seputar Natal di Indonesia, di antaranya pohon Natal, kartu Natal, tukar-menukar kado Natal dan juga kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas. Namun demikian, di antara gemerlap lampu dan meriahnya lagu dan lonceng Natal, semangat dan spiritualitas Natal perlu diingat kembali, khususnya oleh umat kristiani.
Gereja Katolik menetapkan hari raya Natal sebagai salah satu Hari Raya yang wajib dirayakan oleh umatnya. Perayaan Natal yang dimaksud bukanlah perayaan festival atau makan bersama, melainkan sebuah perayaan Ekaristi atau yang sering disebut dengan Misa. Namun demikian saat ini banyak pergeseran terhadap makna Natal yang sesungguhnya, yaitu dari memperingati hari lahirnya Yesus Kristus, menjadi sekedar hari libur belaka.
Makna Perayaan Natal
Perayaan Natal yang seharusnya dirayakan dengan mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja saat ini banyak bergeser menjadi sekedar perayaan makan-makan, tukar kado dan berkumpul dengan keluarga. Banyak mall dan toko yang memasang pohon natal dan memasang gambar Santa Claus tanpa mengerti makna dan kaitan dengan natal yang sebenarnya. Kelahiran Yesus Kristus di kandang domba yang penuh dengan kesederhanaan seharusnya dapat direpresentasikan dalam hiasan goa natal, kandang domba, patung bayi Yesus, Maria, Yosef, Malaikat dan para gembala. Oleh karena itu menarik untuk dikaji apa spiritualitas Natal yang sebenarnya.
Alih-alih mengambil rupa sebagai seorang yang gagah perkasa, Allah hadir ke dunia melalui rahim seorang wanita dan lahir dalam wujud bayi mungil yang tak berdaya dalam palungan, di kandang domba. Hal ini sungguh menunjukkan kesederhanaan dan solidaritas Allah kepada umat-Nya. Allah sungguh ingin hadir dan mengalami sendiri suka-duka kehidupan seorang manusia. Dia bisa mengalami suka dan duka, lapar dan sakit, menjadi sama dalam segala hal dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Sungguh solidaritas yang luar biasa yang diteladankan oleh Allah sendiri melalui peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Solidaritas Allah ini sungguh nyata dan perlu kita sadari serta teladani.
Perayaan Natal juga senantiasa membawa sukacita dan damai sejahtera bagi manusia, karena Yesus datang untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa. Oleh Dia yang lahir di kandang hewan, wafat di kayu salib, dan kemudian bangkit dari antara orang mati, kita dilahirkan kembali sebagai ciptaan baru dan memperoleh hidup kekal. Sungguh kasih Allah terwujud nyata dalam diri Yesus Kristus yang hadir bagi kita.
Maka kita yang telah menerima kasih Allah secara berlimpah, sungguh patut untuk juga mewartakan kasih Allah tersebut kepada sesama kita, khususnya sesama kita yang menderita. Kita bisa memilih untuk bukan sekedar menjadi penonton, melainkan mau menjadi teman dan sahabat bagi saudara-saudari kita yang menjadi korban pelecehan seksual, penderita AIDS, peredaran obat-obat terlarang, pemutusan hubungan kerja, diskriminasi, bencana alam, dan berbagai bentuk ketidakadilan lainnya.
Meskipun sederhana namun tindakan ini dapat menumbuhkan harapan dan semangat mereka untuk kembali melangkah dan berjuang meraih mimpi-mimpi yang mungkin telah hilang.
Menghayati Natal di Era Digital
Di era digital saat ini yang diwarnai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, media sosial menjadi satu sarana yang menarik untuk mewartakan kasih Allah. Dalam terang Natal kita semua diajak untuk semakin bijak dan cerdas dalam bermedia sosial, memilih untuk mengisi ruang publik dengan kesejukan dan kedamaian, melawan ujaran kebencian serta berita bohong yang dapat merusak kerukunan hidup bersama, mengunggah informasi dan konten yang menginspirasi orang untuk peduli kepada orang dan alam sekitarnya.
Melalui media sosial kita juga diharapkan dapat semakin kreatif dalam mewartakan kasih, semakin setia dalam memegang nilai-nilai moral dan etika di dunia maya, sehingga kasih Allah semakin terpancar dan membawa damai sejahtera di masyarakat.
Semoga dalam menyambut dan merayakan Hari Natal di tahun 2022 ini, kita sungguh merasakan kasih dan penyertaan-Nya. Allah adalah Sang Imanuel, Ia selalu beserta kita. Dan semoga melalui penghayatan akan sukacita Natal ini, kita mampu senantiasa menghadirkan Allah dalam hidup kita, keluarga kita, dan juga membagikan sukacitanya kepada sesama yang kita temui.
Atas nama Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, kami mengucapkan selamat Natal tahun 2022 dan selamat menyongsong Tahun Baru 2023…
Semoga berkat Tuhan senantiasa beserta kita. (*)
Penulis: Drs. Kuncoro Foe, G.Dip.Sc., Ph.D., Apt. (Rektor Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya)