
MALANG (Lenteratoday) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang merilis 4 komoditas pangan yang turut andil dalam naiknya inflasi Kota Malang pada awal tahun 2023. Menanggapi itu, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Malang menghimbau agar masyarakat tidak menimbun bahan pangan.
“Ya, kita survei lapangan, yang jelas itu. Disana nanti akan mengidentifikasi antara supply dan permintaan. Harapan kita kepada masyarakat, agar tidak menimbun barang,” ujar Kadiskoperindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (4/1/2022).
Sebelumnya, BPS menyatakan terdapat 5 komoditas yang menjadi pemicu naiknya inflasi di Indonesia, termasuk di Kota Malang. Dimana ke 4 diantaranya merupakan kelompok bahan pangan, yakni tomat, cabai rawit, telur ayam, dan beras. Sedangkan satu komoditas lainnya adalah perhiasan emas.
Oleh karena itu, Eko menekankan agar tidak ada panic buyying ataupun penimbunan terhadap bahan pangan tersebut. “Artinya, dalam mengkonsumsi bahan pangan, terlebih yang berpengaruh pada inflasi, itu sesuai kebutuhan saja. Misalnya seperti telor, ayam, itu jangan terlalu banyak. Sesuaikan kebutuhan saja,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan operasi pasar, Eko mengaku masih terus melakukannya dalam upaya penurunan inflasi. Namun, komoditas yang disediakannya terbatas pada Gula pasir, Beras, dan Minyak goreng saja. “Operasi pasar itu mungkin kami sediakan Gula, Beras, dan Minyak goreng saja. Kalau telur tidak. Kalau Beras harganya masih standar, antara 11 ribu sampai 13 ribu,” jlentrehnya.
Lebih lanjut, terkait dengan tomat dan cabai rawit yang masing-masing menyumbang andil sebanyak 0,05 persen dan 0,04 persen. Eko mengatakan, naiknya barang tersebut dikarenakan cuaca ekstrem yang menerjang Indonesia saat ini. Akan tetapi, khusus untuk kebutuhan sayur mayur, Eko mengaku tidak dapat mengintervensi harga pasar yang telah ditetapkan.
“Kita serahkan ke pasar. Karena kita kan tidak bisa intervensi harga pasar. Pada dasarnya ini kan tergantung hukum pasar. Dimana semakin banyak permintaan, barangnya sedikit, itu pasti harganya naik. Makanya perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhannya itu,” tandasnya.
Sebagai informasi, selama tahun 2022 inflasi Kota Malang tercatat sebesar 6,45% (inflasi year on year), lebih rendah dari inflasi Provinsi Jawa Timur yang sebesar 6,52% (yoy), namun lebih tinggi dari Nasional yang tercatat sebesar 5,51% (yoy). Secara spasial, inflasi kota Malang menempati urutan ke- 3 tertinggi di Jawa Timur setelah Jember dan Surabaya.(*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor:Widyawati