
MALANG (Lenteratoday) – Beberapa pengusaha warung nasi di Kabupaten Malang, merasakan dampak kenaikan harga beras yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Meski begitu, beberapa di antara mereka memilih untuk menanggung kenaikan harga demi konsumen.
Salah satu pemilik Warung Tegal (warteg), di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Dewi. Dia mengatakan harga beras naik sejak sebelum lebaran hingga saat ini. Biasanya, ia membeli beras dengan harga Rp 270 ribu per 25 Kg, namun kini harga beras tersebut sudah mencapai Rp 300 ribuan lebih.
“Iya, naik, kerasa banget sekarang jualannya, berdampak. Biasanya beli di Rp 270 ribu per 25 Kg, sekarang jadi Rp 300 ribuan lebih, naiknya banyak itu dari sebelum lebaran sampai sekarang,” ujar Dewi, saat dikonfirmasi awak media, Jumat (5/5/2023).
Meskipun kenaikan harga beras terbilang tinggi, Dewi memilih untuk tidak menaikkan harga jual nasi di warungnya. Kendati mengalami sedikit penurunan keuntungan, ia memilih untuk menanggung kenaikan harga beras tersebut agar tidak memberatkan konsumen.
“Paling ngakalinya ya porsinya dikurangin sedikit. Kalau untuk merk berasnya gak berani ganti, takut (turun kualitas). Gak papa, ya gimana lagi, ditanggung saja kenaikannya ini, semoga ya gak lama-lama,” imbuh Dewi.
Terpisah, Ji’atin, pemilik warung nasi di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, juga mengaku, meskipun harga beras naik, ia tidak merubah jumlah porsi atau mengurangi porsinya. Ia menjelaskan bahwa banyak pembeli yang senang dengan harga nasi yang masih terjangkau, terutama mahasiswa rantau, ojek online, dan buruh tani.
“Porsinya gak saya kurangi, gak apa-apa. Biasanya per porsi rawon sama gorengan mendol atau tempe itu Rp 10 ribu. Banyak yang beli itu. Yang beli biasanya dari mahasiswa rantau, ojol, buruh tani, gitu,” jelasnya.
Di sisi lain, salah satu distributor beras di Kabupaten Malang, Hertutik, mengatakan bahwa kenaikan harga beras kemungkinan terjadi karena banyaknya kerusakan pada padi, saat musim panen lalu. Sebagai distributor, untuk jenis beras premium, ia menjual dengan harga kisaran Rp 56 ribu per kemasan 5 Kilogramnya. Dengan harga tersebut, ia memastikan bahwa masyarakat terutama pedagang masih mampu untuk menjangkaunya.
“Iya (naik) di saya yang premium saja harganya sekarang kisaran Rp 56 ribu, itu ngambil dari Pasuruan. Kalau dari saya sendiri, harga segitu masih mengikuti harga pasaran. Gak kemahalan gak kemurahan juga. Jadi saya kira masih bisa dijangkau masyarakat pedagang,” ungkap Hertutik.
Di akhir, Tutik berharap agar kenaikan harga beras tidak akan berlangsung lama sehingga harga beras dapat kembali stabil. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi