
Jakarta-Mengalami nasib serupa, pertandingan sepakbola di Indonesia juga 'mati suri' akibat virus corona. Hingga kini belum ada tanda-tanda bergulirnya kembali kompetisi. Bahkan pro kontra antar klub terkait rencana Liga 1 dilanjut pun masih terjadi.
Direktur Olahraga Persija Jakarta, Ferry Paulus mengaku setuju kompetisi Liga 1 2020 dilanjutkan. Syaratnya, kondisi Indonesia harus benar-benar aman dari penyebaran virus corona.
''Manajemen Persija sangat berharap kompetisi dapat dilanjutkan kembali. Namun, Persija ingin semuanya benar-benar telah kondusif terlebih dahulu,'' kata Ferry di laman resmi klub dikutip Kamis (28/5/2020).
Menurut Ferry, kesehatan dan keselamatan banyak orang jadi prioritas utama saat ini. Olah karenanya, perlindungan mesti diberikan kepada semua yang terlibat jika kompetisi bergulir kembali.
Ferry juga menilai bahwa sepak bola merupakan olahraga yang melibatkan banyak orang. Intensitas dan interaksi di dalam stadion saat menyaksikan pertandingan adalah salah satu buktinya.
Oleh sebab itu, protokol kesehatan mesti diberlakukan secara ketat. Gunanya, lanjut pria yang karib disapa FP ini, untuk mengatur pelaksanaan kompetisi.
''Jika kompetisi benar-benar bergulir, protokol COVID-19 harus dipahami betul oleh semua pemangku kepentingan dan dapat diimplementasikan dengan baik,'' kata Ferry.
Hal berbeda diungkapkan tim dari Pulau Garam.Madura United mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan ikut ambil bagian apabila Liga 1 2020 dilanjutkan. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Tim, Haruna Soemitro.
''Madura United pasti tidak akan ikut kompetisi. Menurut kami keselamatan dan kesehatan orang yang utama," kata Haruna, Rabu (27/5/2020).
Masa depan Liga 1 di tengah pandemi COVID-19 memang masih abu-abu. Hingga saat ini, PSSI dan PT LIB belum mengambil keputusan final terkait kelanjutan kompetisi.
Haruna Soemitro
Menurut pria yang juga menjabat sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI itu, masalah baru justru akan timbul jika kompetisi dilanjutkan. Salah satunya, penyebaran virus corona meningkat.
Beda hal apabila kompetisi betul-betul disetop. Risiko yang mesti ditanggung relatif lebih sedikit. 'Akan lebih rumit lagi penyelesaian masalahnya karena di satu sisi, kompetisi sudah kembali berjalan. Nanti bisa-bisa sepak bola dikambinghitamkan,'' kata Haruna.(ist)