10 April 2025

Get In Touch

Meraih "Surga Dunia" di Puncak Gunung Ijen

Wisatawan menikmati pemandangan kawah Ijen.
Wisatawan menikmati pemandangan kawah Ijen.

BANYUWANGI (Lenteratoday) – Ketika terdengar nama Gunung Ijen, tentu yang ada dalam pikiran adalah blue fire atau api biru yang dihasilkan dari aktifitas vulkanik. Kemudian juga ada kawah Ijen yang warnanya hijau toska sangat mempesona. Warna air itu terbentuk dari kandungan asam yang cukup tinggi.

Dua “keajaiban” alam itulah yang menjadi keistimewaan utama dari gunung yang berada di Banyuwangi berbatasan dengan Bondowoso ini. Betapa tidak, blue fire yang dihasilkan adalah satu dari dua blue fire yang ada di dunia ini. Selain di Gunung Ijen di Jawa Timur, Indonesia, satunya lagi ada di negara Islandia. Keistimewaan itu menjadikan Gunung Ijen dinobatkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp).

Blue fire Kawah Ijen adalah fenomena alam api berwarna biru yang terjadi karena keluarnya gas vulkanik yang mengandung belerang panas bersuhu 660 derajat celcius yang terbakar saat bersentuhan dengan udara. Fenomena blue fire Ijen ini hanya dapat dilihat pada malam hari.

Sedangkan, kawah Ijen sendiri memiliki kandungan asam tertinggi di dunia. Tingkat  derajat keasaman (pH) air danau ini mendekati nol. Kandungan asam itu mampu melarutkan baju, bahkan kulit dan tubuh manusia dalam waktu sekejap.

Kawah Ijen yang berada di ketinggian 2.443 meter di atas permukaan laut ini berdiameter sekitar 700 meter, luasan mencapai 5.466 hektar, kedalaman danau sekitar 200 meter. Volume danau Kawah Ijen mencapai 36 juta meter kubik, dengan dinding kaldera setinggi 300 hingga 500 meter.

Di kawasan gunung berapi ini terdapat pertambangan belerang, dimana mengindikasikan gunung ini masih aktif dan beraktifitas. Saat berada di kawasan Kawah Ijen, akan ditemukan banyak penambang belerang, mereka membawa tumpukan belerang dengan dipanggul di punggung mereka untuk kemudian dijual. Tak jarang diantara mereka juga ada yang membentuk belerang itu dengan bentuk bentuk unik dan dijual sebagai souvenir pada para mengunjung.

Di bagian barat kawah terdapat sebuah bendungan atau dam yang dibuat pada zaman Belanda untuk menghindari meluapnya air kawah. Bendungan yang sudah tidak difungsikan ini terbuat dari beton dan bisa menjadi salah satu alternatif tempat wisata di Kawah Ijen, namun jalan untuk menuju ke sana sulit untuk dilewati.

Tak hanya itu, Gunung Ijen juga memiliki keistimewaan lainnya yang tak akan kalah dengan daerah lain. Keistimewaan itu adalah pemandangan alam yang cukup menakjubkan. Pemandangan ini terbentuk dari gunung-gunung  yang ada di sekitar gunung Ijen. Di sebelah timur terlihat puncak gunung Merapi, juga di sekitarnya terdapat gunung Suket, gunung Rante, gunung Raung, dan bentang alam lainnya yang megah mengesankan.

Keindahan yang disuguhkan Gunung Ijen ini mampu menarik berbagai wisatawan baik domestic maupun manca negara. Namun, untuk mencapai keindahan tersebut, disatawan harus menempuh perjalanan kaki sekitar 3,4 kilo meter. Medan ini tidak mudah, karena memiliki kemiringan yang cukup lumayan. Tentu, bagi sebagian wisatawan, perjalanan menuju kawah Ijen ini membutuhkan perjuangan yang cukup lumayan, bahkan berat bagi mereka yang tidak hobi naik gunung.

Untuk mendapatkan pemandangan terbaik di kawah Ijen, maka pengunjung harus sudah sampai diatas puncak gunung pada pukul 06.00 hingga 07.00. Dari pengalaman lenteratoday.com yang berkesempatan keindahan alam gunung Ijen bersama awak media lainnya, maka pendakian ke puncak bisa dilakukan mulai pukul 04.00 dari pos Paltuding.

Pokja Grahadi saat berada di puncak Gunung Ijen menikmati pemandangan kawah Ijen.

Namun, jika ingin menyaksikan blue fire, maka harus mulai perjalanan sekitar pukul 12.00 malam.  Memang, jarak antara pos Paltuding dengan puncak Gunung Ijen hanya berjarak sekitar 3,4 kilometer, namun dibutuhkan waktu paling tidak 2 jam. Sehingga bisa sampai di puncak gunung sekitar pukul 02.00, sebab blue fire hanya bisa disaksikan saat malam hari. Sayangnya, aktifitas vulkanik sedang meningkat sehingga pendakian baru bisa dimulai pukul 04.00 pagi.

Pendakian yang dilakukan pada Sabtu (8/7/2023) itu diselimuti dengan hujan. Sehingga tidak bisa langsung naik pada pukul 04.00 WIB. Lenteratoday.com bersama awak media dari Pokja Grahadi baru bisa mulai perjalanan sekitar pukul 04.45 WIB, itupun masih dalam kondisi hujan sehingga semua pengunjung harus mengenakan mantel hujan.

Di awal perjalanan dari pos 1, kondisi kemiringan jalan masih belum terlalu, akan tetapi dengan kondisi jalan yang basah, perjalanan menjadi lebih sulit karena licin. Terlebih lagi ketika sudah sampai di pos 3, maka didapati kemiringan jalan yang cukup lumayan, kondisi jalan yang basah pun membuat perjalanan semakin sulit, sehingga dibutuhkan tenaga dan kehati-hatian lebih untuk bisa terus berjalan.

Kondisi kemiringan jalan ini akan terus terjadi dan semakin miring lagi sampai di pos 6. Tingkat kemiringan dan kondisi jalan yang cilin menjadi tantangan tersendiri untuk bisa mencapai puncak. Untungnya, di tengah perjalanan itu, hujan mulai reda sehingga sudah bisa melepas mantel hujan. Meski demikian, sisa sisa hujan masih membasahi jalan. Baru setelah mendekati puncak gunung Ijen, kondisi jalan mulai datar.

Namun demikian, dalam perjalanan yang cukup melelahkan itu, para pengunjung disuguhkan dengan pemandangan alam sangat indah, dengan hamparan gunung-gunung di sekitarnya. Bahkan jika beruntung, bisa bertemu dengan lutung liar yang hidup di daerah tersebut.

Bagitu sampai di puncak gunung Ijen, semua rasa lelah, letih, terbayar tuntas dengan keindahan alam yang disajikan sang pencipta tersebut. Semua dibuat terkagum-kagum, bahkan semakin penasaran untuk meng-explore keindahan itu dengan terus naik ke puncak paling tinggi. Puncak tersebut, bisa memandang puas hamparan kawah Ijen dan juga asal yang mengepul dari aktifitas vulkanik gunung.

Rahardi Sukarno saat naik taxy Ijen menuju puncak gunung Ijen.

Lantas apakah semua pengunjung harus berjalan kaki untuk mendapatkan keindahan surga dunia itu? Nah, bagi pengunjung yang merasa tidak mampu naik, maka ada solusinya yaitu dengan menggunakan jasa angkut yang biasa disebut “Taxy Ijen” atau Trolly Wisatawan. Salah satu wisatawan yang memanfaatkan Taxy Ijen ini adalah wartawan beritajatim.com, Rahardi Soekarno. Awalnya, pria yang memiliki berat badan 120 kilogram ini berniat untuk mendaki dengan berjalan kaki, namun ketika sampai di pos 3, pria yang akrab dengan sapaan Antok ini merasa tidak kuat, sehingga dia memutuskan untuk menggunakan jasa Taxy Ijen.

Antok mengaku senang dengan adanya transportasi ini, yang menurutnya sangat membantu wisatawan. "Kesan saya sangat menyenangkan. Wisatawan berpikir dia ingin senang di lokasi wisata seperti Kawah Ijen tanpa perlu capek dan melelahkan, sekaligus memberi nilai tambah ekonomi kepada masyarakat sekitar, seperti penarik Trolly wisatawan," katanya.

Wisatawan dapat memanfaatkan Taxy Ijen dengan tariff antara Rp 800 ribu - Rp 1 juta pulang pergi. Atau antara Rp 500 ribu - Rp 750 ribu saat naik, dan antara Rp 200 ribu - 300 ribu ketika turun. "Tidak mahal, menurut saya masih worth it, karena disesuaikan dengan dua penarik, dan satu pendorong di belakang. Dengan harga Rp 800 ribu PP (Pos Paltuding-Kawah Ijen-Pos Paltuding) dibagi 3 orang, hanya 250 ribuan lebih per orang," ceritanya.

Sementara itu, Mulyono salah satu Taxy Ijen bercerita, dalam sehari ia bisa menarik sekali hingga dua kali. Dia juga mengatakan di kawasan ini, terdapat sekitar 100an penarik taxy Ijen yang bergantian setiap harinya. "Ini bantu orang yang tidak kuat. Kadang ada yang dari parkiran, kadang ada yang dari pertengahan perjalanan," tuturnya.

Kepala Bappeda sekaligus ketua Tim Pengelola Ijen Goepark, Muhammad Yasin saat diwawancara.

Di satu sisi, dengan penetapan sebagai Global Geopark oleh UNESCO, Tim Pengelola Ijen Geopark dari Bappeda Jatim akan terus meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana, serta infrastruktur. "Tentunya memang sarana prasarana. Maka ini salah satu dari Proyek Strategis Nasional bagaimana kita mengembangkan sekitar wilayah Ijen untuk pengembangan pariwisata ini dengan sarana prasarana, utamanya adalah infrastruktur," katanya Kepala Bappeda Jatim sekaligus ketua tim pengelola Ijen Geopark, Muhammad Yasin, Sabtu (8/7/2023).

"Dengan penetapan identitas sebagai Global Geopark ini memudahkan kita untuk mendapatkan pendanaan tidak hanya dari APBD Provinsi dari APBD Kabupaten tapi juga pendanaan dari pemerintah pusat APBN juga dari UNESCO tentunya," imbuhnya.

Yasin menceritakan, penetapan Kawasan Wisata Gunung Ijen sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp)ini dilakukan dalam sidang tahunan di Markas UNESCO di Paris, Prancis, Rabu (24/5/20230 lalu. Penyerahan sertifikat resmi kepada pengelola Ijen Geopark rencananya akan dilaksanakan pada  September 2023 di Maroko.

“Sebuah kebanggaan yang luar biasa, satu lagi obyek wisata geologi di Jatim dinobatkan sebagai UGGp,” kata Muhammad Yasin.

UNESCO Global Geopark dimulai pada tahun 2004 ketika UNESCO secara resmi meluncurkan konsep Global Geopark di Konferensi Jaringan Global Geopark di Yunyang, China. Pada tahun yang sama, UNESCO menetapkan empat Global Geopark pertama di Eropa. Sejak saat itu, jumlah dan cakupan UNESCO Global Geopark terus tumbuh di seluruh dunia.

Lebih lanjut Yasin menjelaskan, UGGp  memiliki kriteria yang ketat yang harus dipenuhi dalam mengelola sumber daya geologi dan nilai budaya. Mereka juga bekerja sama dengan stakeholder setempat, komunitas, dan pemerintahan untuk merancang proyek-proyek yang bertujuan untuk mengembangkan potensi geologi, memberikan manfaat ekonomi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya geologi.

“Selain itu, UNESCO Global Geopark juga memiliki program edukasi dan sosialisasi yang sangat baik, termasuk pelatihan-pelatihan dan penelitian yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan masyarakat tentang nilai geologi yang tersimpan di sekitar mereka. Dari sudut pandang lingkungan, UNESCO Global Geopark juga menjadi model dalam menjaga kelestarian lingkungan konservasi sumber daya alam, dan mempromosikan praktik-praktik yang berkelanjutan,” terangnya.

Secara keseluruhan, program UGGp adalah suatu perwujudan yang sangat positif dari usaha bersama antara lembaga internasional, stakeholder setempat, dan masyarakat dalam menjaga, memanfaatkan, dan mengembangkan sumber daya geologi dan budaya dari seluruh penjuru dunia Kondisi Eksisting Geopark di Jawa Timur.

Saat ini di Provinsi Jawa Timur terdapat dua geopark berstatus UGGp/UNESCO Global Geopark, yakni Gunungsewu dan Ijen. Untuk Ijen Geopark lebih istimewa karena wilayahnya 100 persen ada di Jatim. Dan ini tentunya, menjadi kebanggaan bukan hanya masyarakat Jawa Timur tapi juga Indonesia.

Yang membanggakan lagi, Ijen Geopark dinyatakan lulus sidang Council UNESCO yang digelar di Provinsi Satun, Thailand, pada 5 September 2022 dengan nilai terbaik di antara geopark lain.

Saat proses assessment, Geopark Ijen memperoleh skor 873. Hingga saat ini capaian skor tersebut masih merupakan capaian tertinggi di antara aspiring UNESCO Global Geopark di Indonesia, yaitu Geopark Belitung dengan nilai skor 850, maupun Geopark Maros Pangkep dengan skor 869.

Geopark Ijen memperoleh skor tertinggi dari calon Geopark lain di Indonesia dengan keunikan geologi, biologi, budaya serta fenomena alam Blue Fire dalam kawasan Gunung Ijen. Hal ini membuat Geopark Ijen menjadi pesona yang di akui dunia.

Yasin berharap, sesuai arahan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, status baru Gunung Ijen tersebut  akan berdampak siginifikan bagi daya tarik wisata Gunung Ijen, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara. “Sehingga dapat mendongkrak  perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur,” katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa UGGp merupakan salah satu program penting yang dimaksudkan oleh UNESCO untuk melestarikan dan mengembangkan sumber daya geologi dunia.

“Program ini sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang kekayaan geologi di sekitar mereka dan betapa pentingnya sumber daya tersebut dalam kehidupan manusia,” tandasnya.

Yang jelas, dengan adanya pengakuan dari UNESCO, maka seluruh situs geologi, budaya, dan hayati yang dimiliki Ijen akan dipromosikan langsung oleh UNESCO. Sehingga Ijen UGGp akan semakin dikenal luas secara internasional dan meningkatkan kunjungan pariwisata.

Selain itu juga terbangun jejaring antar UGGp, sehingga membuka peluang kerjasama di berbagai bidang pendidikan, ekonomi, tenaga kerja, budaya, dan lainnya.  Tidak hanya di level nasional namun juga di level global. (*)

Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.