10 April 2025

Get In Touch

'Mbabar Mbubur Suro' Tradisi Awal Tahun Baru Islam di Kompleks Makam Ki Ageng Gribig

Kirab jenang suro pada peringatan Tahun Baru Islam 1445 Hijriah di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig, Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Rabu (19/7/2033) (Santi/Lenteratoday)
Kirab jenang suro pada peringatan Tahun Baru Islam 1445 Hijriah di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig, Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Rabu (19/7/2033) (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Memperingati awal tahun baru islam yang dikenal dengan Satu Suro, Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig, Kota Malang, menghadirkan tradisi unik bertajuk "Mbabar Mbubur Suro."

Tradisi setahun sekali ini, tidak hanya mengajak masyarakat untuk menyaksikan proses dan menikmati makanan bubur Suro yang khas, tetapi juga memaknai awal tahun dengan penuh kebaikan dan doa bersama.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Komplek Makam Ki Ageng Gribig, Devi Nur Hadianto, mengatakan, "Mbabar Mbubur Suro", merupakan upaya untuk mengembangkan kepariwisataan religi di wilayahnya, yang selama ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan peziarah.

"Kami ada 6 acara rutin dalam setahun, nah salah satunya dan yang saat ini kita jalani namanya Njenang Suro atau Mbubur Suro, yang artinya membuat Jenang khas Satu Suro. Kita kemas bahasanya biar lebih mudah diingat, Mbabar Mbubur Suro," ujar Devi, Rabu (19/7/2023).

Tradisi "Mbabar Mbubur Suro" ini, telah dilakukan sejak tahun 2020. Dalam penyajiannya, makanan berupa bubur atau jenang khas Satu Suro didominasi warna putih yang melambangkan kesucian, keberkahan, dan awal doa di tahun baru Islam.

Suasana pembuatan Jenang Suro dalam tradisi Mbabar Mbubur Suro oleh warga setempat, sebagai peringatan Tahun Baru Islam 1445 Hijriah di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig Kota Malang, Rabu (19/7/2023) (Santi/Lenteratoday)

"Bagi kami, jenang Suro dengan warna putihnya menandakan bahwa ini awal tahun, awal doa, bersih. Kita orang Jawa, hendaknya selalu berbaik sangka. Mengawalinya itu pakai putih, sae, bagus. Dengan harapan dalam satu tahun ke depan apa yang kami harapkan, apa yang kita nikmatkan kepada Tuhan, semua yang baik-baik saja. Termasuk kepada semua yang ada di lingkungan masyarakat," tambahnya.

Devi menuturkan bahwa jumlah bubur yang dibuat oleh warga RW 4, Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, ini mengalami peningkatan di tahun baru islam 1445 Hijriah ini. Kendati demikian, Devi memastikan bahwa kualitas dan rasa bubur tetap dijaga agar para pengunjung dan peziarah, dapat merasakan kenikmatan dan kelezatan di setiap porsinya.

"Tahun ini ada peningkatan, karena kemarin kita cuma masak bubur kira-kira 200 an porsi. Insyaallah sekarang dengan jumlah beras yang dimasak hampir 20 kilo, ada peningkatan. Belum tahu saya ini nanti jadinya berapa, tapi kalau 300 porsi sepertinya jadi. Bubur Suro kami memang keluar sifat gurihnya, enak. Tetap kami jaga rasanya, harapan kami tetap dirasa sebagai hidangan atau sesuatu yang enak bagi pengunjung atau peziarah," jelasnya.

Tradisi Mbabar Mbubur Suro ini, diharapkan dapat terus berlanjut dan berperan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan serta memperkuat budaya religi di wilayah Kota Malang.

Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.