07 April 2025

Get In Touch

Dinkes Kota Malang Ajak Antisipasi Lonjakan DBD di Musim Kemarau

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, saat menjelaskan terkait pentingnya kewaspadaan lonjakan DBD, Rabu (30/8/2023). (Santi/Lenteratoday)
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, saat menjelaskan terkait pentingnya kewaspadaan lonjakan DBD, Rabu (30/8/2023). (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mengajak masyarakat, untuk lebih waspada dalam mengantisipasi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dapat terjadi di musim kemarau ini.

Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, menjelaskan bahwa meskipun angka kasus DBD di tahun ini telah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun menurutnya, perlu dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi.

"Di tahun ini sudah turun banyak, yang di tahun 2022 itu memang meningkat, kalau angkanya kemarin untuk di tahun 2023 itu sekitar 300 an lebih," ujar Husnul, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (30/8/2023).

Sementara itu, ditemui terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, menyebutkan bahwa per 30 Agustus 2023 ini, telah tercatat sekitar 384 kasus DBD dengan 3 kasus kematian di wilayah setempat.

Menurutnya, angka ini menunjukkan penurunan dari tahun 2022 yang mencatat 560 kasus dengan 14 kasus kematian. "Di tahun 2021 itu 254 kasus, yang meninggal 3. Di tahun 2022 itu 560 kasus, yang meninggal 14. Kemudian dari kenaikan itu, mendorong kami untuk menerbitkan Surat Edaran (SE) Wali Kota, terkait dengan Pengendalian dan Pencegahan DBD," ungkap Meifta, ditemui di Kantor Dinkes Kota Malang, Rabu (30/8/2023).

Ia menjelaskan, kondisi iklim menjadi salah satu faktor yang dapat berpotensi memicu lonjakan kasus DBD. Terlebih terkait dengan El-Nino di musim kemarau ini, Meifta mengajak agar masyarakat dapat mewaspadai peningkatan mobilitas nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi vektor penyebab DBD, dalam kondisi tersebut.

"Sekarang kan udaranya cenderung panas. Maka yang diinformasikan dari Dinkes Provinsi, agar waspada terhadap udara panas tersebut. Karena di situ mobilitas nyamuknya menjadi meningkat. Kemudian disebutkan bahwa saat kemarau, terkait DBD itu nyamuknya lebih ganas. Itu memang dari Dinkes Provinsi sudah menyampaikan," jelasnya.

Terkait cara pencegahan, Meifta menegaskan bahwa pengendalian DBD sebenarnya tidak mengandalkan metode baru, namun sudah dikenal luas oleh masyarakat, yakni dengan meningkatkan kesadaran dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya, sambungnya, Dinkes Kota Malang telah mendorong adanya gerakan "satu rumah satu jumantik" dalam mencegah dan mengendalikan DBD.

"Jadi kalau kasus DBD saat ini meningkat, itu saya rasa memang kesadaran masyarakat perlu dibangkitkan lagi. Karena justru ketika kita lengah dengan PSN nya, itu akan menaikkan kasus DBD," serunya.

Tak hanya itu, Meifta juga menyebut pentingnya peran sekolah dalam pencegahan DBD. Di mana salah satu langkah yang diambil yakni dengan mengaktifkan kembali kegiatan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Menurutnya, langkah tersebut diharapkan membentuk para siswa untuk menjadi agen perubahan dan mengedukasi keluarga masing-masing terkait langkah pencegahan.

"Kemudian genangan air 1 cm kubik saja, itu sudah bisa untuk nyamuk bertelur. Sementara masih banyak kebiasaan kita yang misalnya minum air yang tidak terlalu banyak dihabiskan, itu juga berpotensi untuk menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Itu yang harus kita waspadai," paparnya.

Diakhir, Meifta menegaskan, meski gejala DBD mirip dengan gejala flu biasa, di antaranya yakni lemas, panas, ataupun demam. Namun penting untuk mengidentifikasi gejala awal dengan benar. Sebab dikatakannya, upaya diagnostik yang tepat dapat menghindarkan kasus yang semakin parah.

"Dan itu kan sifatnya menular, bisa terkena ke orang dekat sekitar. Maka yang kami tekankan adalah seperti menguras bak mandi satu minggu satu kali. Kemudian kita juga mencegah gigitan nyamuk dengan pakai lotion misalnya. Harus ada kemauan untuk melaksanakan PSN," tutup Meifta. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.