10 April 2025

Get In Touch

Gang 8 Kelurahan Oro-oro Dowo, Terabaikan di Tengah Konsep Kayutangan Heritage?

KOndisi kampung gang 8 Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Sabtu (7/10/2023). (Santi/Lenteratoday)
KOndisi kampung gang 8 Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Sabtu (7/10/2023). (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Terletak dalam Kawasan Kayutangan Heritage yang dikenal dengan kekayaan sejarahnya, Gang 8 Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, dinilai tak tersentuh konsep heritage.

Meskipun terletak di lingkungan yang memiliki potensi besar, warga Gang 8 merasa terabaikan jika dibandingkan dengan kampung tetangga yang berada di Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang.

Harianto (40), seorang warga Gang 8, mengaku bahwa meskipun berada dalam satu kawasan, yakni Kayutangan Heritage. Namun kampungnya seolah lebih sepi bahkan dapat dikatakan jarang ada pengunjung yang masuk di dalamnya.

"Sebenarnya kami juga pingin ramai seperti yang di Kelurahan Kauman itu, jadi warga bisa buka usaha. Kalau gini kan sepi. Tapi, di satu sisi juga bisa dibilang enak kalau sepi, karena warga gak keganggu dampak kunjungan yang ramai," ujar Hari, saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (7/10/2023) sore.

Dibandingkan dengan Kampoeng Heritage Kajoetangan di Kelurahan Kauman. Hari menyebut bahwa mayoritas pengunjung lebih didominasi oleh wisatawan asing. Terlebih, jika Kampoeng Heritage Kajoetangan dikenal dengan bangunan bersejarah di dalamnya. Heri mengaku bahwa di kampungnya ini, sangat sedikit bangunan kuno yang bisa dijumpai.

"Di sini memang ada bangunan peninggalan sejarah, tapi cuma sedikit, yang cukup dikenal ya hanya kafe Sebastien itu saja. Ramainya di Kafe Sebastien itu. Terus event juga gak pernah (diselenggarakan) di sini, kan," tambahnya.

Di sisi lain, Ketua RW 9 Kelurahan Oro-oro Dowo, Rochman Wahyudi, menambahkan bahwa warga sekitar sejatinya menginginkan adanya sentuhan yang sama dari Pemerintah setempat. Asal terdapat kejelasan konsep serta penataan kampung yang berdampak pada perekonomian warga.

"Singkatnya, memang warga berkeinginan agar kampung ini dikembangkan menjadi kampung tematik, asal konsepnya jelas, sama-sama menguntungkan. Kalau bisa merubah perekonomiannya masyarakat ya gak apa," jelas Rochman.

Lebih lanjut, Rochman juga mengakui bahwa potensi yang dimiliki kampungnya terbilai sangat terbatas. Menurutnya, di tengah padatnya penduduk, terdapat hanya sekitar 10 bangunan lama yang telah berdiri sejak jaman Belanda. Namun, Ketua RW ini juga menyebutkan bahwa keberadaan aliran sungai yang bersih di dalam kampung, menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian pengunjung.

"Paling di sini yang banyak menyita pengunjung itu kebersihan sungainya. Tapi kalau mau menata itu kan bukan ranahnya Pemkot. Itu ada di bawah wewenang Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Warga sebenarnya terbuka, Pemkot mau mengkonsep apa kampung ini," terangnya.

Diakhir, Rochman menyampaikan bahwa pernah ada wacana pengembangan kampung yang masuk dalam Pembangunan Tahap 2 Kayutangan Heritage. Namun, sampai saat ini pihaknya mengaku belum ada kelanjutan terkait rencana tersebut.

Reporter: Santi Wahyu|Editor:widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.