
SETELAH dua malam menginap di Coppadocia, rombongan tur PT Manaya Indonesia menuju Konya dan Pamukalle.
Keberangkatan sempat tertunda dari jadwal karena persis di depan hotel ada lapangan yang setiap hari sabtu dijadikan pasar, sebagian besar peserta tour adalah ibu-ibu sehingga begitu melihat pasar langsung ingin tahu apa saja yang dijual dan akhirnya juga ada saja yang dibeli.
Dalam perjalanan menuju Konya kami melewati bangunan peninggalan jaman Turki Ottoman awal abad 12 yang dibangun atas perintah Sultan Seljuk sebagai fasilitas persinggahan gratis sekaligus tempat bertemunya para kafilah dagang dan caravan mereka yang melintasi bagian dari jalur sutra.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Konya untuk mengunjungi makam ulama sufi yang sangat termashyur, kalaupun kita tidak begitu mengenal ajaran Jalaluddin Rumi tetapi tidak ada salahnya mengunjungi tempat tersebut, melihat arsitektur bangunan peninggalan yang ada penuh ornamen dengan detail sangat menawan.
Dari kompleks makam Jalaluddin Rumi perjalanan dilanjutkan menuju Pamukkale, tetapi seperti biasa sebagai sebuah paket tour kita akan diajak mampir tempat belanja yang dipromosikan di wilayah yang kita kunjungi.

Kami masuk kota Pamukkale sudah malam sehingga langsung menuju hotel. Tur guide menjelaskan kenapa Pamukkale menjadi tempat tujuan wisata terkenal, diantaranya ada sumber air panas yang mengandung mineral carbonat yang baik untuk kesehatan.
Kalau kita memiliki penyakit rematik atau kulit bisa sembuh dengan berendam di air tersebut, hampir semua hotel di Pamukkale memiliki kolam berendam yang dialiri air panas bersumber dari sumber air panas pegunungan tersebut.
Industri pariwisata di Pamukkale dikembangkan sejak ribuan tahun lalu, ketika mereka mengerti manfaat dari sumber air panas. Air panas Pamukkale dipromosikan sejak ribuan tahun lalu mulai masa Byzantium, Yunani/Romawi kuno.

Berbagai fasilitas dan akomodasi juga dibangun, agar mereka yang datang ke wilayah tersebut tidak hanya berobat ke sumber air panas.
Di jaman Yunani/Romawi kota itu berkembang menjadi kota yang disebut Hierapolis. Salah satu fasilitas adalah bangunan theater tempat pertunjukan. Reruntuhan bekas kota Hierapolis dalam 1 kompleks dengan sumber air panas.
Indonesia banyak memiliki gunung berapi dan juga banyak sumber air panas seperti di Pacet, tetapi harus kita akui peradaban dan enterpreneurship kita kalah dengan masyarakat Hierapoliis sehingga air panas di Pacet tidak bisa sepopuler Pamukkale.
Penulis: Muh. Rudiansyah, Wiraswastawan|Editor: Arifin BH