
SURABAYA (Lenteratoday) - Urban Art Consortium menggelar Talkshow Budaya "Budaya Aksara Jawa di Kota Surabaya", Selasa (31/10/2023) malam di Jl. Sonokembang no. 2 Surabaya. Gelaran ini dilaksanakan sebagai peringatan Bulan Bahasa dan Sastra pada Oktober 2023.
Dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Herman Thony, Ketua Komunitas Begandring Soerabaia Nanang Purwono, serta penulis buku anak berbahasa dan beraksara Jawa Ita Surojoyo sebagai narasumber, acara ini merupakan mitigasi Aksara Jawa yang hilang di Nusantara.
"Acara ini kami memaknai membangun kesadaran bersama untuk bangkit bersama dalam rangka menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya," ungkap A. Herman Thony.
Bagi Thony, untuk membangkitkan Aksara Jawa, bisa melalui berbagai perspektif. Seperti ekonomi, sosial, dan politik. Dari sisi ekonomi misalnya. Munculnya Aksara Jawa dapat memicu munculnya ekonomi kreatif, contohnya kerajinan dengan tulisan Aksara Jawa.
Begitupun dengan sisi sosial. Dengan menggunakan Aksara Jawa, Surabaya akan menjadi eye catching, yang mana itu menjadi sebuah kebanggaan. Ia juga mengungkapkan telah mencoba menawarkan itu kepada kaum Milenial dan Gen-Z, yang kini sudah muncul dengan adanya batik bertuliskan Aksara Jawa yang dibuat oleh penyandang disabilitas.
"Hasilnyapun luar biasa. Mereka begitu menggelar, nggak sampai sepuluh menit, ludes," ungkapnya.
Selain ekonomi dan sosial, untuk membangkitkan Aksara Jawa juga membutuhkan intervensi politik. Baginya, untuk mengembangkan Aksara Jawa tidak mungkin hanya mengandalkan volunteer yang muncul di masyarakat tanpa ada intervensi politik pemerintah. Karena menurut Thony, sudah jauh Surabaya dihadapkan pada jeratan aksara asing yang menjadikan Aksara Jawa terasa lebih asing.
"Dari situ maka kekuatan politiklah yang bisa membantu lebih cepat," ungkapnya.
Ada yang menarik dalam talkshow ini. Di belakang narasumber, terdapat background kain ratusan tulisan Aksara Jawa yang ditulis oleh 250 siswa, Civitas akademika, serta para Orangtua siswa SMA Kristen Masa Depan Cerah Selasa pagi. Mereka menuliskan nama, nama orangtua, dan juga icon-icon kota Surabaya seperti Suroboyo, Siola, dan lainnya.
"Sekolah itu menjadi sekolah pertama, apalagi mereka Indonesia tapi keturunan," ungkap Nanang Purwono
Baginya ini merupakan hal menarik. Karena sekolah yang notabene berisikan anak keturunan Tionghoa, malah mereka yang belajar, mereka yang bersama-sama mengajak warga Surabaya untuk melakukan aksi menuliskan Aksara Jawa.
Nanang menilai, keikutsertaan sekitar 35 mahasiswa Universitas Pembangunan Negeri Veteran Jawa Timur (UPNVJT) dari berbagai daerah menulis Aksara Jawa menjadi kesempatan bagi mereka, utamanya yang berasal dari luar Jawa, untuk ikut merasakan menuliskan Aksara lokal Jawa.
"Ada yang berasal dari Makassar, ada yang dari Aceh, dan sebagainya. Ini tempat bagi mereka untuk merasakan Nusantara melalui Aksara Jawa," ungkapnya.
Nantinya, akan ada gelaran menulis Aksara Jawa bersama Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Plaza Surabaya yang terbuka untuk publik. Ia berharap, dengan kehadiran Wali Kota Eri, sama dengan mendeklarasikan apa yang selama ini sudah dilakukan, yaitu pemasangan Aksara Jawa di ruang-ruang publik.
"Harapannya saat Pak Wali menulis bersama kita menjadi satu momen untuk mendeklarasikan secara fisik Pak Wali bersama masyarakat, bersama-sama nulis aksara," ungkapnya. (*)
Reporter : Jannatul Firdaus | Editor : Lutfiyu Handi