Jelang Nataru, DPRD Palangka Raya Minta Pemkot Lakukan Pengawasan Harga dan Stok Bahan Pangan

PALANGKA RAYA (Lenteratoday) - Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/24, Wakil Ketua I DPRD Kota Palangka Raya, Wahid Yusuf, meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Palangka Raya untuk gencar melakukan pengawasan terhadap harga dan stok bahan pangan.
Ia menuturkan, jangan sampai naiknya harga salah satu bahan kebutuhan pokok (bapok), justru memicu terjadinya kenaikan harga bapok lainnya.
"Biasanya jelang nataru atau hari besar keagamaan lainnya, harga bapok mengalami kenaikan, itulah mengapa harus diantisipasi agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat," papar Wahid, Kamis (2/11/2023).
Ia meminta Pemkot setempat melakukan berbagai upaya agar persoalan ini bisa dihindari sehingga tidak membebani masyarakat di daerah setempat. Jika terjadi kenaikan harga, hendaknya tidak signifikan atau masih terkendali.
Namun demikian, Wahid mengapresiasi upaya Pemkot setempat yang telah beberapa kali mengadakan pasar penyeimbang dan operasi pasar murah.
"Dengan digelarnya pasar penyeimbang dan operasi pasar murah, dinilai berhasil untuk mengendalikan inflasi dan membantu masyarakat di daerah setempat," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian (DPKUKMP) Kota Palangka Raya, Samsul Rizal, mengatakan sejak beberapa hari lalu harga cabai rawit di pasaran mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Yang semula berkisar Rp 50 Ribu - Rp 60 Ribu per Kilogram, kini menjadi Rp 80 Ribu - Rp 90 Ribu per Kilogram.
"Naiknya harga cabai ini disebabkan terjadinya gagal panen di daerah Kabupaten Tanjung, Barabai, Amuntai serta beberapa daerah lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan," jelasnya.
Dalam rangka menurunkan harga cabai di pasaran, DPKUKMP Kota Palangka Raya bekerjasama dengan beberapa pedagang di pasar setempat, mencoba untuk mendatangkan cabai dari luar daerah yaitu Sulawesi, dengan harga jual Rp 60 ribu per kilogram. Selain itu mendatangkan cabai dari Pulau Jawa.
"Tapi sayangnya cabai yang didatangkan dari Pulau Sulawesi dan Jawa ini kurang peminatnya, selain itu cabai tersebut tidak tahan lama dan mudah busuk, karena itu kami sedang mencari solusi lainnya," pungkas Rizal. (*)
Reporter : Novita | Editor : Lutfiyu Handi