
JOMBANG (Lenteratoday) –RSUD Jombang siap merawat calon anggota legislatif (caleg) yang mengalami gangguan kejiwaan atau depresi akibat gagal pada Pemilu 2024 mendatang.
Ini karena RSUD Jombang kini sudah membuka ruangan khusus untuk untuk merawat pasien dengan gangguan kejiwaan atau depresi.
Ruangan yang berlokasi dekat Paviliun Upaya Waluya tersebut didesan berbeda dengan ruangan perawatan pada umumnya.
Ruang tersebut dilengkapi dengan jendela berterali besi. Demikian pula bangsal khusus pasien jiwa tersebut dibatasi dengan terali besi. Pada dua ujung lorong yang ada di ruangan atau bangsal tersebut dipasangi terali besi.
Direktur RSUD Jombang dr Ma’murotus Sa’diyah mengungkapkan, dibukanya ruangan khusus pasien jiwa itu merupakan pengembangan layanan yang ada di RSUD Jombang Jawa Timur.
Ini karena pihaknya mendapat informasi, pasien jiwa dari Jombang seluruhnya dibawa ke RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Menur Surabaya dan RSJ Lawang, Malang.
“Karena itu kami kita buka ruang perawatan jiwa ini. Sebenarnya ini kami adakan sejak 2022 tapi disempurnakan tahun ini dengan penataan ruangan. Karena ruangan jiwa tidak sama dengan ruangan biasa. Kami lengkapi dengan terali besi,” ujar Ning Eyik, sapaan akrab dr Ma'murotus Sa'diyah, Selasa (14/11/2023).
Ning Eyik mengungkapkan pihaknya siap merawat pasien jiwa, tentu termasuk caleg yang gagal kemudian depresi dan perlu perawatan.
Dikatakan, terdapat delapan tempat tidur yang disiapkan khusus untuk pasien gangguan jiwa ini. Yakni, dua tempat tidur di ruang HCU (High Care Unit) dan enam tempat tidur di ruang perawatan.
Ruangan HCU digunakan untuk pasien yang masih membutuhkan pengawasan secara ketat. Sedangkan enam tempat tidur perawatan digunakan utuk melakukan perawatan.
Menurut Ning Eyik, pemasangan terali besi sangat penting karena pasien jiwa rawan mengamuk dan kabur dari ruang perawatan.
“Karena pernah kejadian di sini, ada pasien kabur. Makanya kita pasangan terali besi,” ujarnya.
Selama tahun 2023 ini, Eyik mengaku rata-rata merawat pasien sakit jiwa sebanyak 15 hingga 20 orang per bulan.

Sedangkan untuk tenaga medisnya, sambung Ning Eyik, sementara terdapat satu dokter jiwa. Sedangkan tenaga perawat ada enam orang.
"Perawat khusus pasien jiwa juga sudah mengikuti pelatihan khusus keperawatan kesehatan jiwa,” katanya.
Pelatihan itu di antaranya meliputi cara menghadapi pasien gangguan jiwa, cara memperlakukan pasien yang gaduh, gelisah tidak tenang hingga menghadapi pasien yang ingin bunuh diri.
Ning Eyik menambahkan, perawatan pasien yang sedang masa kegawatdaruratan tidak diizinkan didampingi keluarga, namun pihak keluarga dapat melihat.
"Setelah kondisinya stabil, pasien bisa dipindah ke ruangan lain dan boleh ditunggui keluarga. Hanya saja masih perlu pengawasan ketat dari kita," pungkas Ning Eyik (*)
Reporter: sutono|Editor: Arifin BH