Kota Malang Tuan Rumah BWCF 2023: Penghormatan bagi Tokoh Budaya Nusantara Prof. Edi Sedyawati

MALANG (Lenteratoday) - Kota Malang berkesempatan untuk menjadi tuan rumah festival budaya, Borobudur Writes and Cultural Festival (BWCF) tahun 2023. Menariknya, pemilihan Kota Malang juga didasari sebagai bagian dari peringatan satu tahun meninggalnya Prof. Edi Sedyawati, yang merupakan salah satu tokoh penting dalam kajian arkeologi dan seni nusantara.
"Disertasi Profesor Edi tentang Malang dan arca-arca Ganesa pada periode Singhasari dan Kediri. Dan itu sangat legendaris dalam studi arkeologi, dan sebagai penghormatan atas karya beliau, kami memutuskan untuk menggelar BWCF 2023 di Malang, tepat setahun setelah kepergian beliau," ujar Founder BWCF, Seno Joko Suyono, dalam konferensi pers Selasa (21/11/2023).
Seno menyebutkan, gelaran yang diselenggarakan di kota Malang ini berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UM). Menurutnya, pemilihan UM sebagai lokasi penyelenggaraan, menjadi bagian integral dari acara ini karena reputasi prodi sejarah dan studi arkeologi yang terkenal di universitas tersebut.
Menurut Seno, sebelum pembukaan acara di tanggal 24 November 2023 mendatang. BWCF akan mengadakan pre opening di 23 November dengan pemutaran film dokumenter terbaru, dari sutradara Indonesia, Nia Dinata, berjudul Menggali Muara Jambi.
"Kemudian setelah pre opening, seluruh acara dihelat di UM. Kami menggunakan mulai dari theater arenanya mereka di outdoor space, kemudian di Fakultas Ilmu Sejarah dan Fakultas Sastra, termasuk gedung pasca sarjana. Kecuali untuk pre opening di tanggal 23 siang, itu di Gedung KPPN Heritage," jelasnya.
Lebih lanjut, gelaran utama disebutkannya akan berlangsung mulai tanggal 24 hingga 27 November. Di mana acara tersebut akan berlangsung sepanjang hari. "Jadi acaranya mulai jam 9 pagi sampai malam. Itu ada kegiatan di antaranya seperti podium sastra, itu diikuti oleh 50 penyair yang utamanya dari Jawa Timur," tambahnya.
Tak hanya itu, sambung Seno, BWCF 2023 juga akan diramaikan dengan beragam kegiatan. Seperti diskusi tentang arkeologi dan sastra, pertunjukan seni dari berbagai seniman terkenal seperti Ketut Rine, Sutarji Karso Bakhri, Mas Anwari, Novarut, dan kelompok musik Lorju.
"BWCF selalu mengangkat kajian-kajian serius tentang khazanah nusantara dengan mendatangkan pakar lintas disiplin, dari arkeologi, sejarah, antropologi, hingga filologi, untuk memperkenalkan kekayaan pemikiran nusantara kepada khalayak luas, termasuk generasi milenial," jelas Seno.
Masih menurut Seno, dalam BWCF tahun ini juga akan berlangsung diskusi terkait repatriasi benda purbakala, yang akan melibatkan empat narasumber, termasuk Dr. Wayan Jarah dan Prof. Agus Hari Munandar, yang akan membahas pentingnya pengembalian arca Singosari dari Leiden, Belanda.
Selain itu, menurutnya BWCF 2023 ini juga akan meluncurkan buku dengan isi lebih dari 1000 halaman yang memuat artikel-artikel mengenai Ganesa dan seni pertunjukan yang ditulis oleh para peneliti.
"Dengan BWCF, kami berharap kekayaan pemikiran nusantara dapat terangkat dan dikenal lebih luas, serta dapat memajukan kesenian dan kebudayaan kontemporer Indonesia. Nah setelah malam pertunjukan di UM, itu akan dilanjutkan ngopi-ngopi di Kayutangan Heritage. Karena di situ adalah salah satu ikon Malang saat ini, jadi sangat perlu dikenalkan dengan teman-teman dari luar kota," pungkasnya.
Reporter: Santi Wahyu|Editor:widyawati