22 April 2025

Get In Touch

Bupati Malang Optimistis Zero Stunting di 2024

Bupati Malang, Sanusi, dalam arahannya pada acara Temu Kader Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Malang, November 2023. (Dok. Prokopim Kabupaten Malang)
Bupati Malang, Sanusi, dalam arahannya pada acara Temu Kader Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Malang, November 2023. (Dok. Prokopim Kabupaten Malang)

MALANG (Lenteratoday) - Prevalensi stunting di Kabupaten Malang dari tahun 2021 hingga 2023 menunjukkan penurunan yang signifikan. Tren penurunan angka strunting tersebut berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) maupun Bulan Timbang di Kabupaten Malang.

Melihat kondisi ini, Bupati Malang, Sanusi, optimistis bahwa di tahun mendatang, Kabupaten Malang bakal mencapai prestasi zero stunting. Dengan terus mengupayakan langkah-langkah intervensi, baik dari sektor kesehatan maupun non kesehatan.

"Dengan prevalensi stunting yang sudah sangat berkurang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Semoga kedepan Kabupaten Malang dapat menjadi salah satu daerah dengan prevalensi zero stunting," ujar Sanusi, aaat dikonfirmasi awak media, Minggu (26/11/2023).

Sebelumnya, dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil SSGI, prevalensi stunting di Kabupaten Malang pada tahun 2021 mencapai 25,7 persen, lalu menurun menjadi 23 persen pada 2022.

Tak hanya itu, dari hasil Bulan Timbang juga mencatat penurunan yang konsisten. Dari 10,9 persen di Februari dan Agustus 2021, menjadi 8,9 persen. Kemudian 8,8 persen di Februari dan 7,8 persen di Agustus 2022. Hasil terbaru, Bulan Timbang Agustus 2023 menunjukkan angka stunting turun menjadi 6,4 persen.

Sanusi mengungkapkan, penurunan yang signifikan ini didukung oleh penetapan 55 Desa Lokus Stunting dari 26 kecamatan Kabupaten Malang pada tahun 2023, berdasarkan analisis situasi dan cakupan program dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

"Upaya penurunan stunting juga melibatkan berbagai sektor. Termasuk kesehatan dengan program seperti Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), manajemen terpadu balita sakit (MTBS), imunisasi, posyandu, hingga pendekatan untuk mengubah perilaku melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)," paparnya.

Untuk terus mencapai zero stunting, Sanusi menekankan pentingnya konvergensi lintas program dan sektor. Menurutnya, dukungan sektor non kesehatan juga turut berperan, bahkan memiliki peran penting yakni sekitar 70 persen dalam keberhasilan pencegahan stunting.

"Sekarang ini kita juga terus giatkan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader dalam pencegahan stunting melalui penilaian status gizi, penyuluhan, konseling. Kemudian juga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal, hingga monitoring imunisasi dan pendampingan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) guna mencegah stunting," tukasnya.

Reporter: Santi Wahyu|Editor:Widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.