21 April 2025

Get In Touch

Polisi: Motif Sementara Tragedi Bunuh Diri Satu Keluarga di Pakis, Karena Beban Ekonomi

TKP Bunuh Diri satu keluarga di Pakis, Kabupaten Malang. (Istimewa)
TKP Bunuh Diri satu keluarga di Pakis, Kabupaten Malang. (Istimewa)

MALANG (Lenteratoday) - Kasatreskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, mengungkapkan dugaan sementara motif tragedi bunuh diri satu keluarga di Pakis, Kabupaten Malang, yang terjadi pada Selasa (12/12/2023) adalah soal beban ekonomi.

Motif sementara tersebut diperoleh pasca melaksanakan penyelidikan yang dilakukan secara ilmiah dan komprehensif. Dari pelaksanaaan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di RT 3 RW 10, Dusun Borobugis, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis.

"Selain kami telah melaksanakan olah TKP dan kami juga telah memeriksa tujuh orang saksi. Dari sini kita bisa menyimpulkan sementara bahwa motif tindakan yang dilakukan oleh almarhum Bapak WE (40) ini lebih ke arah beban ekonomi," ujar AKP Gandha, ditemui saat melaksanakan konferensi pers di Polsek Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/12/2023).

Gandha menambahkan, dugaan beban ekonomi tersebut menguat usai dilakukannya pengambilan keterangan dari bebera orang saksi. Menurutnya, saksi-saksi yang tidak dapat disebutkan identitasnya ini, mengaku bahwa WE sempat memohon untuk dapat dipinjami sejumlah uang, beberapa hari sebelum tragedi bunuh diri.

"Kemudian untuk fakta dari hasil olah TKP bisa dilihat bahwa kurun waktu kematian dari 3 orang korban, baik Bapak WE, ibu S (40) dan anak ARE (12). Ini kesimpulan sementara menyatakan untuk ibu S dengan anak ARE, kemungkinan meninggal dunia terlebih dahulu. Didasari oleh gelas yang kosong yang menyimpan sisa cairan yang baunya masih menyengat. Kemudian sachet obat nyamuk cair, kemudian posisi mayat ini sepertinya rapi, diatur," sambungnya.

Gandha juga menyebutkan bahwa pesan pamit yang dituliskan di kaca rias tempat ditemukannya kedua korban meninggal. Terbukti identik dengan karakter tulisan milik korban WE. Hal ini didasarkan pada penuturan salah satu saksi, ditambah dengan ditemukannya buku agenda yang berisikan tulisan-tulisan WE.

"Kemudian didukung dengan bukti bahwa di meja rias itu tidak ada ceceran darah. Artinya, di sini bapak WE menuliskan pesan di kaca rias tersebut sebelum terjadinya pendarahan. Kemudian setelah itu, baru yang bersangkutan kemungkinan besar menyayat sendiri pergelangan tangan sebelah kiri. Sesuai dengan visum dokter yang menyatakan bahwa meninggal dunianya WE ini akibat terlalu banyak kegilangan darah," paparnya.

Lebih lanjut, saat disinggung mengenai besaran jumlah beban ekonomi yang dimiliki WE. Gandha mengaku belum dapat menjelaskan secara detail mengenai hal tersebut. Selain itu sampai saat ini, dikatakannya bahwa barang bukti lainnya seperti Handphone (HP) milik WE, belum juga ditemukan.

"Ini juga didukung dengan kesaksian dari anak perempuan WE yang masih hidup, AKE. Yang bersangkutan ingat pada hari Minggu atau 2 hari sebelum kejadian, WE pernah menyampaikan bahwa HP nya rusak. Karena kebiasaannya AKE ini kan diantar jemput, nah sampai dengan kejadian terakhir, saksi AKE ini belum pernah melihat WE memegang HPnya," terang Gandha.

Berdasarkan hasil visum yang dilakukan pada bagian tubuh luar korban S dan ARE. Dapat disimpulkan tidak ada tindak pemaksaan atau kekerasan untuk melakukan bunuh diri (*)

Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.