
Berdasarkan laporan dari Nikkei Asian Review (NAR) pada hari Rabu(17/6/2020), bisnis situs streaming Iflix dikabarkan berada diujung tanduk akibat krisis keuangan yang perusahaan alami.
Menurut laporan itu, Iflix rencananyabakal dijual demi menghindari krisis utang. Diskusi perihal rencana itu sedangberlangsung.
"Jika (diskusi) berjalan lancar, kesepakatan tampaknya akan terjadi pada akhir bulan ini," ujar sumber yang enggan disebut identitasnya kepada NAR.
Selain karena krisiskeuangan dan tata kelola manajemen, Iflix pun terpaksa melakukan PHK (PemutusanHubungan Kerja) akibat COVID-19.
"Industri ini tak kebal dengan kondisi tidak pasti. Keputusan kami melakukan PHK telah melalui berbagai pertimbangan," ujar Chief Executive Iflix, Marc Barnett.
Salah satu perusahaan asal China kabarnya akan mengambil alih perusahaan Netflix yang berbasis di Malaysia tersebut.
Pada 9 April 2020 lalu, Patrick Grove yang menjabat sebagai Pimpinan Iflix hingga tahun 2019 memutuskan untuk mengundurkan diri. Di hari yang sama, Luke Elliot salah satu pendirin Iflix juga mundur dari perusahaan.
Krisis Juga Dialami Hooq
Diberitakan sebelumnya, bisnis Hooq telahlebih dulu gulung tikar di Indonesia, Thailand, Filipina, India, dan Singapurapada April 2020.
Perusahaan itu tak bisa bertahanakibat masalah internal seperti tata kelola manajemen yang signifikan, sertafaktor eksternal yang membuat kemauan konsumen berubah.
Hooq adalah layananstreaming video on demand asal Singapura telah lima tahun beroperasi. Merekapun telah mengucapkan selamat tinggal kepada pengguna di Indonesia lewat mediasosial.
Hooq merupakan joint venture yangdidirikan oleh Singtel sebagai pemilik mayoritas dengan Sony Pictures dan WarnerBros Entertainment (Ist-abh).