06 May 2025

Get In Touch

Tragedi Bunuh Diri Satu Keluarga di Pakis Kabupaten Malang, Psikolog Bahas Dampak pada Anak Korban

Tragedi Bunuh Diri Satu Keluarga di Pakis Kabupaten Malang, Psikolog Bahas Dampak pada Anak Korban

MALANG (Lenteratoday) - Psikolog sekaligus Dosen Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Fuji Astutik, M.Psi, memberikan pandangannya mengenai potensi dampak psikologis yang mungkin dialami oleh AKE (12).

Diketahui sebelumnya, pada Selasa (12/12/2023) lalu, sebuah peristiwa tragis terjadi di Pakis, Kabupaten Malang. Saat itu, satu keluarga terdiri dari seorang ayah, WE (43), seorang ibu, S (40), dan seorang anak berusia 12 tahun dengan inisial ARE, ditemukan tewas akibat bunuh diri.

AKE sendiri merupakan saudari kembar dari almarhumah ARE, yang selamat dari insiden tersebut dan menjadi saksi dalam peristiwa yang menggemparkan itu.

Menanggapi hal ini, Fuji menyatakan bahwa AKE dapat mengalami dampak serius pada kesehatan mentalnya setelah menyaksikan kejadian tragis tersebut. Dalam konteks ini, Fuji menggarisbawahi urgensi untuk memberikan pendampingan yang tepat bagi AKE.

"Karena itu kan kejadian traumatis, kejadian yang gak baik dan gak menyenangkan. Seseorang yang menghadapi kejadian yang tak menyenangkan, itu bisa menjadi trauma dan bisa juga tidak," ujarnya, saat dikonfirmasi melalui sambungan selular, Sabtu (16/12/2023).

Menurut Fuji, pengalaman traumatis seperti ini dapat memiliki dampak yang mendalam pada psikis seseorang. Terutama jika mereka tidak mendapatkan dukungan sosial dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi kejadian tersebut. Pihaknya juga memfokuskan pada pentingnya peran lingkungan sekitar, terlebih lingkungan keluarga dalam membantu individu keluar dari situasi trauma semacam ini.

"Karena dia posisinya sebagai seorang anak, kan tidak tiba-tiba dia punya keterampilan, tidak tiba-tiba dia punya pengetahuan. Oleh karena itu, lingkungan sekitar lah yang harus membekali itu semua. Awalnya ya dimulai dari asesmen, pemeriksaan, apa yang menjadi kebutuhan pada anak tersebut," tambahnya.

Lebih lanjut, Fuji juga memberikan pesan kepada anggota keluarga yang ditinggalkan akibat bunuh diri. Pihaknya mengajak untuk merencanakan langkah-langkah perbaikan kesehatan mental serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Terutama pada anak-anak yang harus dilindungi dan diberikan perlindungan khusus dalam menghadapi situasi yang menekan seperti ini.

"Ya, ini kan sudah terjadi, sehingga yang perlu kita lakukan adalah whats next. Apa yang akan kita rencanakan ke depannya. Yang ada, kita perbaiki mentalnya, tidak lagi main-main dengan kesehatan mental. Itu adalah sesuatu yang sederhana tapi jika disepelekan dampaknya akan besar sekali," terangnya.

Sementara itu, Fuji juga menjelaskan bahwa individu yang memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri, seringkali memiliki strategi penyelesaian masalah yang kurang efektif.

Kendati demikian, menurutnya, penting bagi lingkungan sekitar untuk mengetahui tanda-tanda seseorang yang mengarah pada keinginan untuk bunuh diri.

"Kalau dari lingkungan sekitar, cara melihatnya biasanya perilaku seseorang tiba-tiba berubah. Misalnya dia yang dulu pendiam, tiba-tiba secara ekstrem menjadi orang yang humble. Dia bisa saja menyiratkan ingin memberikan kesan yang baik di akhir hidupnya. Atau dia tipe yang meledak-ledak suka menyakiti diri, kalau ada masalah dia jedotin kepala ke tembok, dan lain-lain," urainya.

Diakhir, Fuji juga menyerukan kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan mental, tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga terhadap orang-orang di sekitarnya. Tragedi ini, menurutnya, harus menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

"Karena menyelesaikan masalah bukan dengan mati (bunuh diri). Tapi kita bisa dengan memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya. Bunuh diri itu bukan penyelesaian masalah, itu malah awal dari munculnya masalah dan bukan cara yang baik," tukasnya.

Sebagai informasi, Konsultasi kesehatan jiwa dapat diakses di hotline 119 extension 8, yang telah disediakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga dapat dihubungi pada 021-500-454. Selain itu, BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan masing-masing wilayah. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.