20 April 2025

Get In Touch

Upaya Penyelamatan Mata Air, Pj Wali Kota Kediri Hijaukan Sumber Cakarwesi

Pj Wali Kota Kediri Zanariah saat menanam pohon penghijauan di Sumber Cakarwesi, Kelurahan Tosaren.
Pj Wali Kota Kediri Zanariah saat menanam pohon penghijauan di Sumber Cakarwesi, Kelurahan Tosaren.

KEDIRI (Lenteratoday)-Sebagai tahapan penyelamatan mata air yang berlangsung sejak 2023, Penjabat (Pj) Wali Kota Kediri Zanariah tanam pohon penghijauan di Sumber Cakarwesi di Kelurahan Tosaren, Selasa (23/1/2024). Di Kota Kediri sendiri tercatat ada 27 mata air yang tersebar di 12 kelurahan.

Ekspedisi Penyelamatan Mata Air ini diawali dengan tahap telusur sumber di Kota dan Kabupaten Kediri. Dalam acara ini Zanariah juga melihat secara langsung sumber mata air Cakarwesi.

"Patut kita syukuri wilayah Kota dan Kabupaten Kediri yang diapit Gunung Kelud dan Pegunungan Wilis serta dilintasi Sungai Brantas berlimpah dengan banyak sumber mata air. Beberapa mata air tersebut ada yang dipergunakan untuk irigasi pertanian ada pula yang dikelola sebagai objek wisata," ujar Zanariah.

Pj Wali Kota Kediri mengatakan sebagai wilayah urban yang menjadi hub bagi daerah Mataraman ditambah keberadaan Bandara Internasional Dhoho, potensi pertumbuhan populasi dan aktivitas manusia di Kota Kediri akan semakin besar.

Tentu saja hal ini berdampak pada kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, mata air perlu dilindungi dan dirawat. Hal ini mencakup kebijakan pengelolaan air, pengendalian polusi, dan penanaman vegetasi di sekitar sumber air. Tujuannya jelas untuk menjaga kualitas dan menjaga aliran air yang bersih.

"Terlebih saat ini krisis iklim menjadi ancaman yang serius. Krisis ini menyebabkan anomali cuaca yang ekstrem. Kemarin kita rasakan El-Nino, tapi Alhamdulillah inflasi kita, juga ketahanan pangan kita tetap terjaga," ungkapnya.

Zanariah menjelaskan saat ini berada di masa perkembangan ekonomi dan teknologi yang begitu cepat. Sayangnya dua hal tersebut sering diiringi kerusakan lingkungan. Defortasi, polusi udara, dan polusi air yang dapat merugikan alam juga manusia itu sendiri.

Menurut Zanariah dibutuhkan kesadaran untuk menjaga dan memelihara alam. Agar seimbang antara perkembangan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.

Apa yang dilakukan hari ini tidak hanya terkait pelestarian alam tetapi membawa manfaat lebih besar. Yakni memelihara peradaban manusia sehingga Sumber Cakarwesi ini akan terus bisa digunakan sebagai irigasi pertanian dan pariwisata.

Di Kota Kediri sendiri ada 3 sumber yang didatangi Tim Ekspedisi Penyelamatan Mata Air. Ada sumber Jasem di Kelurahan Betet, Sumber Cakarwesi di Kelurahan Tosaren, dan Sumber Ngembak di Kelurahan Gayam.

Ekspedisi ini dilakukan dengan melihat kondisi fisik sumber mata air, baku mutu air, ekosistem, hingga penggalian mitologi dan legenda. Kegiatan ini menggandeng akademisi, DLHKP, Perhutani, aktivis lingkungan dan komunitas.

Turut hadir, Direktur Jawa Pos Radar Kediri Kurniawan Muhammad, Kepala KPwBI M. Choirur Rofiq, perwakilan PT. Gudang Garam Iwan Tri Cahyono, Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkot Kediri dan tamu undangan lain.

Dalam acara ini Zanariah juga melihat secara langsung sumber mata air Cakarwesi."Patut kita syukuri wilayah Kota dan Kabupaten Kediri yang diapit Gunung Kelud dan Pegunungan Wilis serta dilintasi Sungai Brantas berlimpah dengan banyak sumber mata air. Beberapa mata air tersebut ada yang dipergunakan untuk irigasi pertanian ada pula yang dikelola sebagai objek wisata," ujarnya.

Pj Wali Kota Kediri mengatakan sebagai wilayah urban yang menjadi hub bagi Daerah Mataraman ditambah akan adanya Bandara Internasional Dhoho , potensi pertumbuhan populasi dan aktivitas manusia di Kota Kediri akan semakin besar. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, mata air perlu dilindungi dan dirawat. Hal ini mencakup kebijakan pengelolaan air, pengendalian polusi, dan penanaman vegetasi di sekitar sumber air. Tujuannya jelas untuk menjaga kualitas dan menjaga aliran air yang bersih.

"Terlebih saat ini krisis iklim menjadi ancaman yang serius. Krisis ini menyebabkan anomali cuaca yang ekstrem. Kemarin kita rasakan El-Nino, tapi alhamdulillah inflasi kita juga ketahanan pangan kita tetap terjaga," ungkapnya.

Zanariah menjelaskan saat ini berada di masa perkembangan ekonomi dan teknologi yang begitu cepat. Sayangnya dua hal tersebut sering diiringi oleh kerusakan lingkungan. Deforestasi, polusi udara, dan polusi air yang dapat merugikan alam juga manusia itu sendiri. Dibutuhkan kesadaran untuk menjaga dan memelihara alam. Agar seimbang antara perkembangan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Apa yang dilakukan hari ini tidak hanya berkaitan dengan pelestarian alam tetapi membawa manfaat lebih besar. Yakni memelihara peradaban manusia sehingga Sumber Cakarwesi ini akan terus bisa digunakan sebagai irigasi pertanian dan pariwisata.

"Saya sampaikan apresiasi kepada Jawa Pos Radar Kediri dan Tim Ekspedisi karena telah meluangkan waktunya untuk berkegiatan positif merawat vegetasi air. Saya berharap kolaborasi ini terus berlanjut sampai mata air yang ada di Kota dan Kabupaten Kediri terus terpelihara. Saya juga senang dalam kegiatan ini melibatkan gen z dimana dari publikasi mereka kegiatan ini akan diikuti oleh yang lain," pungkasnya.

Di Kota Kediri sendiri ada 3 sumber yang didatangi Tim Ekspedisi Penyelamatan Mata Air. Ada sumber Jasem di Kelurahan Betet, Sumber Cakarwesi di Kelurahan Tosaren, dan Sumber Ngembak di Kelurahan Gayam. Ekspedisi ini dilakukan dengan melihat kondisi fisik sumber mata air, baku mutu air, ekosistem, hingga penggalian mitologi dan legenda. Kegiatan ini menggandeng akademisi, DLHKP, Perhutani, aktivis lingkungan dan komunitas.

Reporter: Gatot Sunarko/Editor: widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.