
SURABAYA (Lenteratoday) - Dr Arif Nur Muhammad Ansori MSi, peneliti Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga baru saja mengembangkan inovasi terapi kanker serviks berbasis bahan herbal. Bahkan inovasi ini berjudul “Apoptosis Sel HeLa dengan Induksi oleh Ekstrak Daun Annona squamosa atau Srikaya: Pendekatan In Vitro” ini telah dipaparkan dalam kegiatan The 11th Takeda Science Foundation Symposium on PharmaScience yang berlangsung di Knowledge Capital Congrès Convention Center, Osaka, Jepang pada Jumat (26/01/2024) hingga Sabtu (27/01/2024).
Arif menuturkan, jika penelitian terkait terapi kanker serviks masih terbatas. Untuk itu, dalam inovasi ini ia bersama tim menggunakan daun srikaya sebagai bahan utamanya. “Masih sedikit penelitian terkait soal inovasi ini, apalagi yang menggunakan daun srikaya sebagai bahan utama. Pada jurnal ilmiah terindeks Scopus bahkan hanya ada sekitar 50 publikasi ilmiah mengenai manfaat daun srikaya sebagai terapi kanker serviks,” ucap Arif, Selasa (30/01/2024).
Dalam gelaran simposium ini, peneliti dari beberapa negara lain seperti Britania Raya, Amerika Serikat, Kanada, Singapura, Perancis, Jerman, Italia, Filipina, Taiwan, India, Tiongkok, Jepang, hingga Korea Selatan juga turut hadir.
Banyak hal yang Arif pelajari dalam simposium ini terutama terkait proses diagnostik dan terapi terkini dalam melawan kanker. “Beberapa penelitian negara lain ada yang menggunakan hewan coba, ada yang sampai tahap uji klinis tingkat akhir, hingga menjadi produk unggulan,” tuturnya.
Ke depan, Arif akan terus melanjutkan proses penelitiannya. Tak sendiri, ia mengajak Dr drh Amaq Fadholly MSi, peneliti di Sekolah Kedokteran Hewan IPB University dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan inovasi ini. “Selanjutnya kami akan terus berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas penelitian dan terobosan ilmiah yang lebih baik,” tutupnya.
Diketahui, The 11th Takeda Science Foundation Symposium on PharmaScience merupakan simposium yang membahas kemajuan pencitraan molekuler.
Kemajuan tersebut menjadikan pencitraan molekuler untuk menggambarkan fenomena kehidupan dalam biologi, serta membantu menentukan diagnosis penyakit secara tepat. (*)
Reporter: Amanah Nur Asiah (mg) | Editor : Lutfiyu Handi