09 April 2025

Get In Touch

Sebanyak 64 Orang Tewas dalam Kekerasan Antarsuku di Papua Nugini

Para petarung suku Papua Nugini menunjukkan kekuatan mereka yang disenjatai dengan senapan militer, (25/8/2023). (Foto: The Australian)
Para petarung suku Papua Nugini menunjukkan kekuatan mereka yang disenjatai dengan senapan militer, (25/8/2023). (Foto: The Australian)

PORT MORESBY (Lentertoday) - Sebabnyak 64 warga dalam keadaan tak bernyawa ditemukan di dataran tinggi Papua Nugini. Hal itu berdasarkan laporan pada Senin (19/2/2024), bahwa telah terjadi pertempuran senjata yang sedang berlangsung antara suku-suku yang berseteru.

Asisten Komisaris Polisi, Samson Kua mengatakan bahwa mayat-mayat tersebut ditemukan setelah penyergapan pada Minggu dini hari (18/2/2024). "Kami yakin masih ada beberapa mayat … di luar sana di semak-semak," ucapnya kepada AFP.

Insiden tersebut terjadi di dekat kota Wabag, 600 km sebelah barat laut ibukota Port Moresby. Polisi menerima video dan foto-foto grafis yang diklaim berasal dari lokasi kejadian.

Foto-foto tersebut menunjukkan tubuh-tubuh yang ditelanjangi dan berlumuran darah tergeletak di pinggir jalan dan ditumpuk di bagian belakang sebuah truk bak terbuka.

Insiden ini diduga terkait dengan konflik antara suku Sikin, Ambulin dan Kaekin. Suku-suku di dataran tinggi telah berperang satu sama lain di Papua Nugini selama berabad-abad, tetapi masuknya senjata otomatis telah membuat bentrokan menjadi semakin mematikan dan meningkatkan siklus kekerasan.

Kua mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu telah menggunakan persenjataan lengkap, termasuk senapan SLR, AK-47, M4, AR15, dan M16, serta senapan pompa dan senjata api buatan sendiri.

Diyakini bahwa pertempuran sedang berlangsung di wilayah dekat pedesaan terpencil. Dataran tinggi Papua Nugini telah menjadi tempat terjadinya kekerasan suku yang berkepanjangan. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjaidi pembunuhan massal.

Pemerintah Papua Nugini telah mencoba melarang keras, mediasi, amnesti, dan berbagai strategi lain untuk mengendalikan kekerasan, namun tidak banyak memuahkan hasil.

Militer telah mengerahkan sekitar 100 tentara ke daerah tersebut, tetapi dampaknya terbatas dan dinas keamanan tetap kalah jumlah dan persenjataan.

Pembunuhan sering terjadi di perkampuangan terpencil, dimana para anggota kelompok melancarkan serangan atau penyergapan sebagai balas dendam atas serangan-serangan sebelumnya.

Warga sipil, wanita hamil dan anak-anak telah menjadi sasaran di masa lalu. Pembunuhan seringkali dilakukan secara keji, seperti korban mengalami luka parah akibat dibacok, dibakar, atau dimutilasi, bahkan disiksa sebelum tewas.

Polisi mengeluh karena kurangnya sumber daya untuk menjalankan operasi mereka. Selain itu, gaji petugas yang rendah menyebabkan beberapa senjata yang berasal dari kepolisian digunakan oleh anggota suku.

Para penentang pemerintahan Perdana Menteri James Marape pada tanggal (19/2/2024) menyerukan agar lebih banyak polisi dikerahkan dan komisaris kepolisian mengundurkan diri.

Populasi Papua Nugini telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980. Ini menyebabkan tekanan yang meningkat terhadap lahan dan sumber daya, serta memperdalam persaingan antar suku. (*)

Sumber: The Straits Times
Penerjemah: Yuda (mk) | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.