
MALANG (Lenteratoday) - Angka kasus Demam Berdarah (DBD) di sebagian besar wilayah Malang Raya mengalami peningkatan sepanjang Januari-Februari 2024. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu dan Kabupaten Malang mencatat ratusan kasus, sedangkan Kota Malang mencatat nihilnya temuan.
Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, menegaskan nihilnya kasus DBD di Kota Malang hingga saat ini. Namun menurutnya, sepanjang tahun 2023 lalu tercatat hampir 500 kasus dengan satu kematian di Kota Malang.
Untuk itu, Husnul menyerukan upaya pencegahan dan pengendalian harus tetap dilakukan secara intensif, mengingat potensi lonjakan kasus biasanya terjadi pada periode Maret-April.
"Kita kan melihat kurva tahunan, ya. Jadi kalau berdasarkan itu outbreaknya di Maret-April, kasusnya banyak. Sehingga dari awal juga sudah kita sampaikan ke masing-masing wilayah kelurahan untuk melakukan sosialisasi pencegahan secara dini. Paling tidak yang bisa dilaksanakan oleh masing-masing keluarga. Pertama yakni Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), itu hal yang paling efektif," ujar Husnul, saat dikonfirmasi awak media, Selasa (5/3/2024).
Lebih lanjut, Husnul juga mengimbau kepada masyarakat untuk segera mendatangi fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat, jika merasakan gejala-gejala DBD. Menurut Husnul, dengan adanya temuan maka petugas Puskesmas akan segera melakukan proses penyelidikan epidemiologi untuk melakukan identifikasi sumber infeksi, pola penularan, dan faktor risiko.
Dengan mengumpulkan informasi dari individu terinfeksi, sambung Husnul, penelitian ini bertujuan memberikan gambaran komprehensif tentang dinamika DBD di wilayah tersebut. "Jadi nanti kesimpulannya apa untuk tindaklanjutnya, misalnya fogging untuk mencegah meluasnya kasus. Karena kami juga sudah menyiapkan 26 Rumah Sakit (RS) di Kota Malang untuk siap menerima manakala ada rujukan kasus DBD," tegas Husnul.
Sementara itu, data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mencatat sekitar 314 kasus DBD tersebar di wilayahnya selama dua bulan pertama tahun 2024 ini. Meskipun terjadi penurunan tren bulanan, Kepala Dinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, menekankan perlunya kewaspadaan, terlebih dengan adanya satu kematian yang tercatat.
"Justru kalau melihat tren bulanan, kasus DBD di Kabupaten Malang pada 2024 ini cenderung menurun. Bulan Januari itu ada 175 kasus. Sedangkan di bulan Februari kasusnya mengalami penurunan menjadi 139,” ujar Wiyanto.
Di sisi lain, Kota Batu juga menghadapi peningkatan kasus DBD yang signifikan. Hal ini disampaikan oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, Susana Indahwati, ketika dikonfirmasi belum lama ini. Susan menyebutkan, selama Januari 2024, kasus DBD menyebar di seluruh kecamatan, dengan Kecamatan Batu sebagai wilayah paling terdampak.
Upaya pencegahan PSN telah dilakukan secara aktif, namun tantangan kompleksitas situasi semakin menjadi perhatian serius. Menurut Susan, situasi semakin rumit dengan munculnya kasus yang disebabkan oleh virus Dengue lainnya, yakni Demam Dengue (DD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
"Jadi untuk temuan kasus DD di Kecamatan Batu mencapai 15 kasus, kemudian 7 kasus di Kecamatan Junrejo, dan di Kecamatan Bumiaji tercatat 3 kasus. Sementara itu, untuk kasus DBD, Kecamatan Batu tercatat sebanyak 26 kasus temuan, Junrejo 7 kasus, dan Bumiaji 1 kasus. Sedangkan untuk kasus DSS hanya terjadi di Kecamatan Batu, khususnya di Kelurahan Temas, dengan 2 kasus yang salah satunya berujung pada kematian seorang balita berusia 4 tahun," ungkap Susan.
Reporter: Santi Wahyu/ Editor: widyawati