
PORT-AU-PRINCE (Lenteratoday) – Pada hari Kamis (21/3/2024), terjadi serangan di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, saat kelompok-kelompok politik mendekati penyelesaian pembentukan dewan transisi. Serangan tersebut termasuk baku tembak yang mengakibatkan tewasnya seorang pemimpin geng.
Dikutip dari Reuters, Jumat (22/3/2024), sebuah operasi polisi berhasil menewaskan kepala geng Delmas 95, Ernst Julme, yang dikenal sebagai Ti Greg.
Kejadian ini terjadi sehari setelah pemimpin geng lainnya tewas dalam aksi main hakim sendiri yang mengguncang wilayah tersebut. Informasi tersebut disampaikan oleh pihak kepolisian dan beberapa sumber lokal.
Kematian Ernst Julme, yang dikenal sebagai Ti Greg, merupakan pukulan bagi aliansi "Viv Ansanm" yang dipimpin oleh pemimpin geng Jimmy "Barbeque" Cherizier. Hal ini menandai kemunduran bagi upaya gerakan geng untuk memperluas pengaruhnya di kota.
Sebagai anggota aliansi tersebut, Julme memiliki peran penting dalam upaya tersebut sebelum kematiannya. Sebelumnya, Julme berhasil melarikan diri dari penjara terbesar di Haiti dalam sebuah peristiwa pembobolan penjara massal.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyambut baik laporan-laporan mengenai pemilihan semua anggota dewan transisi oleh kelompok-kelompok politik. Dewan transisi ini akan mengambil alih kekuasaan kepresidenan menjelang pemilihan umum di masa depan, ungkap seorang juru bicara PBB.
Guterres berharap bahwa langkah-langkah ini akan membawa kemajuan dalam upaya menuju stabilitas politik dan demokrasi yang lebih kuat.
Dewan transisi, yang bertujuan untuk menyatukan kelas politik yang terpecah di Haiti, telah diberi mandat untuk menunjuk pengganti Perdana Menteri de facto Ariel Henry.
Henry mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 11 Maret setelah kekerasan geng mencegahnya kembali ke negara tersebut. Tugas dewan tersebut adalah untuk memilih pengganti yang akan memimpin negara menuju pemilihan umum dan merestorasi stabilitas politik.
Dewan ini juga akan memegang kekuasaan kepresidenan tertentu hingga pemilihan umum dapat dilaksanakan. "Sekretaris Jenderal menyambut baik laporan bahwa para pemangku kepentingan di Haiti telah menominasikan perwakilan mereka untuk Dewan Kepresidenan Transisi," ujar wakil juru bicara Farhan Haq dalam sebuah konferensi pers.
Rencana transisi ini disepakati di Jamaika oleh Komunitas Karibia antar pemerintah (CARICOM), dengan partisipasi perwakilan pemerintah dan oposisi Haiti. CARICOM telah mengumumkan daftar kelompok politik yang akan diwakili dalam dewan transisi tersebut.
Dewan, yang terdiri dari sembilan anggota, awalnya diharapkan untuk selesai dalam beberapa hari setelah pengunduran diri Ariel Henry. Namun, beberapa faksi politik Haiti tidak dapat mencapai kesepakatan untuk mendukung satu perwakilan tunggal.
Sebuah partai politik menolak rencana transisi tersebut dan kemudian memutuskan untuk mundur, sementara kelompok-kelompok yang tidak terlibat dalam rencana tersebut mengkritik kehadiran kembali politisi dari pemerintahan sebelumnya yang dianggap korup.
Pemimpin aliansi geng, Cherizier, telah mengancam akan melakukan perburuan terhadap para politisi beserta keluarga mereka jika mereka memilih untuk ikut serta dalam dewan yang diusulkan. (*)
Sumber: Reuters
Penerjemah: Aria (mk) | Editor : Lutfiyu Handi