20 April 2025

Get In Touch

Guru Besar ITS Kaji Efisiensi Kapal untuk Lingkungan Berkelanjutan

Prof Dr I Made Ariana ST MT (kanan) saat di pembangkit listrik Pesanggaran Bali dalam rangka penyiapan infrastruktur untuk bahan bakar ramah lingkungan. (Dok.pribadi)
Prof Dr I Made Ariana ST MT (kanan) saat di pembangkit listrik Pesanggaran Bali dalam rangka penyiapan infrastruktur untuk bahan bakar ramah lingkungan. (Dok.pribadi)

SURABAYA (Lenteratoday) - Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr I Made Ariana ST MT baru saja mengkaji pengurangan dampak negatif emisi gas buang kapal di perairan laut. Penelitian itu bertujuan untuk menguatkan efisiensi energi kapal nasional menuju net zero emission.

Made mengatakan, penelitian ini berfokus pada pengukuran efisiensi energi kapal dengan menggunakan konsep Indeks dan Indikator Operasional Efisiensi Energi (EEOI). “Hal ini penting untuk mengevaluasi efisiensi energi kapal sejak tahap perancangan, agar nantinya dapat berdampak pada keberlanjutan lingkungan dan finansial,” kata Made, Senin (25/3/2024).

Untuk itu, dosen dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS ini melakukan pengembangan inovasi sistem Traffic Separation Screen (TSS) berbasis data Automatic Identification System (AIS), guna memonitor efisiensi energi kapal yang didukung dengan menggunakan data statis dan dinamis kapal untuk menghitung indikator efisiensi energi seperti Carbon Intensity Indicator (CII). 

"Dengan demikian, perusahaan pelayaran dapat memantau dan meningkatkan efisiensi energi kapal mereka secara lebih efektif," ucapnya. 

Kepala Laboratorium Permesinan Kapal ITS ini menjelaskan bahwa sistem tersebut memiliki fitur utama dalam pemantauan dan pencatatan penggunaan energi secara real time setiap bulan. 

Fitur ini mempermudah operator kapal dalam berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca agar dapat mengambil langkah perbaikan yang sesuai. Caranya, dengan mengurangi jumlah emisi secara signifikan, maka keputusan dalam pemberhentian operasi kapal dapat lebih komprehensif.

Selain itu, Made juga mengembangkan metode Engine Power Limitation (EPL) sebagai cara untuk membatasi konsumsi bahan bakar kapal dengan biaya yang lebih murah. 

“Meskipun mengurangi kecepatan operasional, metode ini memberikan manfaat berupa sertifikat efisiensi energi dari International Maritime Organization (IMO) dan memungkinkan kapal beroperasi di area dengan regulasi yang ketat,” jelasnya.

Dalam pengembangannya, Made mengaku bahwa masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan jangkauan sistem yang memerlukan peningkatan jumlah receiver berbasis satelit (RBS) untuk memperluas cakupan area. Guna mengatasi hal ini, ia mencoba untuk menghibahkan sistem monitoring dan kajian kemaritiman rancangannya tersebut ke lebih dari 12 mitra strategis, seperti universitas dan lembaga pemerintah.

Melalui inovasi ini, Made berharap perusahaan pelayaran di Indonesia akan mengadopsi bahan bakar yang lebih efisien, menetapkan contoh bagi kapal lain untuk praktik ramah lingkungan.

"Harapannya Indonesia bisa menuju pengurangan emisi sesuai standar IMO, serta membantu Indonesia mencapai target program net zero emission dan meningkatkan daya saing kapal Indonesia secara global," tukasnya.

Reporter: Amanah Nur Asiah (mg)/ Editor: widyawati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.