21 April 2025

Get In Touch

Mengapa Wali Kota Risma Sujud di Hadapan Ikatan Dokter Indonesia?

Mengapa Wali Kota Risma Sujud di Hadapan Ikatan Dokter Indonesia?

Surabaya- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggelaraudiensi dengan para Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Rumah SakitSeluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur di Dapur Umum, Balai Kota Surabaya, Senin(29/6/2020). Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma sempat sujud dua kalidihadapan mereka.

Saat itu, ada salah satu dokter yang bertugas di Dr Soetomomenjelaskan bahwa banyak rumah sakit penuh. Ia juga menjelaskan bahwa masihbanyak warga yang tidak mentaati protokol kesehatan.

Wali Kota Risma pun menjelaskan bahwa sudah berusahamenjalin komunikasi yang baik dengan pihak rumah sakit Dr Soetomo. Namun,ketika hendak mengirimkan bantuan Alat Pelindung Diri (APD), pihak rumah sakitDr Soetmo menolaknya. “Saya tidak bisa bantu ke sana Pak, padahal rumah sakitlain kami bisa,” kata dia.

Pemkot Surabaya memang rutin memberikan bantuan, terutamaAPD ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di Kota Surabaya. Bahkan, ketika adabantuan APD dari pihak swasta, Wali Kota Risma sendiri yang mengatur pembagianAPD tersebut, sehingga tidak numpuk di Balai Kota Surabaya. Rumah sakit yangdiberikan bantuan APD itu tidak pandang bulu, hampir semua rumah sakit yangdiberikan oleh pemkot, namun RSUD Dr. Soetomo yang menolak menerima bantuantersebut.

Di samping itu, Wali Kota Risma juga menjelaskan bahwaselama pandemi Covid-19 ini, Wali Kota Risma beserta jajaran Pemkot Surabayasudah bekerja keras mati-matian untuk menangani pandemi global ini. Ia jugamengakui bahwa tidak ingin ada warga Kota Surabaya yang mati karena Covid-19,namun juga tidak ingin ada warga Kota Pahlawan yang mati karena kelaparan.

“Kami ini sudah bekerja keras, berat. Apa dikira saya relawarga saya mati karena Covid-19 atau mati karena tidak bisa makan?. Pak,semalam saya dan Linmas sekitar pukul 03.00 WIB, masih ngurusi warga bukanSurabaya, warga bukan Surabaya aja kami masih urus, apalagi warga KotaSurabaya,” tegasnya.

Menurutnya, persoalan kesehatan atau Covid-19 denganpersoalan ekonomi di Kota Surabaya harus berjalan seimbang. Namun, protokolkesehatan harus selalu diutamakan, makanya demi menjamin dan mendisiplinkanwarga supaya terus menjaga protokol kesehatan, semua organisasi perangkatdaerah (OPD), terutama Satpol PP terus menggelar operasi dan razia setiap harinya.Bahkan, jika menemui warga yang tidak memakai masker, mereka langsung menyitaKTP-nya. Bagi yang tidak membawa KTP, langsung diberi sanksi sosial, sepertidihukum joget di pinggir jalan, menyapu jalan dan bahkan diminta merawat pasiendi Liponsos.

Pada kesempatan itu, ada juga keluhan tentang rumah sakityang penuh karena pasien itu baru dipulangkan setelah melakukan tes swab 2kali. Sedangkan pihak rumah sakit, tidak mau memulangkan pasien tersebut karenatidak bisa diklaim ke BPJS.

Menanggapi keluhan tersebut, Wali Kota Risma langsungmeminta supaya pasien itu dikeluar. “Kalau memang tidak bisa diklaim ke BPJS,silahkan klaim kepada kami. Sejak awal saya sudah sampaikan itu,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya FebriaRachmanita memastikan bahwa Pemkot Surabaya melalui Dinas Kesehatan Surabayasetiap hari selalu rutin melakukan koordinasi kepada semua rumah sakit di KotaSurabaya. Rumah sakit yang dilakukan dengan keliling itu untuk memastikanketersediaan tempat tidur dan jumlah pasien yang sedang dirawat.

“Kenapa kami melakukan itu setiap hari? Karena tidak semuarumah sakit entry data pasien, sehingga kami harus mendatangi rumah sakit itusetiap harinya, yang mana sering tidak entry data dan yang mana yang tidaktepat waktu melaporkan pasiennya,” Feny-sapaan Febria Rachmanita.

Feny mengakui, koordinasi itu memang terkadang tidaklangsung dengan direksinya, tapi biasanya dengan rekam mediknya, dengan perawatnyaatau dokter jaganya. Makanya, Feny memastikan bahwa tidak benar jika adatuduhan miring tentang tidak adanya koordinasi antara Dinkes dengan pihak rumahsakit. “Kalau tidak koordinasi, pasti kami tidak punya data,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa harus tahu tentang data pasien itukarena untuk kepentingan tracing yang dilakukannya setiap hari. Dengan masifnyatracing itu, maka penularan virus tersebut bisa segera dicegah. “Kami jugapunya data bahwa saat ini ada sebanyak 429 tempat tidur kosong di 50 rumahsakit di Surabaya, kami tahu karena kami keliling ke rumah sakit itu,”pungkasnya. (ist)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.