
NEW YORK (Lenteratoday) – Gelombang protes yang marak menyebar di Brooklyn dan kampus-kampus di Amerika Serikat mengecam Israel atas korban sipil di Gaza, termasuk dalam perayaan Seder Paskah Yahudi. Demonstran menuntut akhirnya kekerasan dan mengekspresikan kekecewaan atas penangkapan para demonstran di beberapa kampus di wilayah Pesisir Timur.
Aksi protes di universitas-universitas AS baru-baru ini telah berkembang menjadi sebuah perkemahan mahasiswa dan staf pengajar dari berbagai latar belakang, termasuk agama Yahudi dan Muslim. Mereka menyelenggarakan kegiatan pengajaran, doa lintas agama, dan pertunjukan musik.
Namun, di jalanan Brooklyn, sebuah protes besar mencapai kebuntuan pada hari Selasa (23/4/2024) ketika polisi New York mulai menangkap orang-orang yang tidak tertib, menahan mereka yang menolak untuk bergerak dengan menggunakan tali pengikat.
Dewan Hubungan Amerika-Islam telah mengeluarkan kritik terhadap penggunaan kekuatan polisi untuk menekan demonstrasi, menyatakan bahwa tindakan tersebut merusak kebebasan akademik.
Afaf Nasher, direktur eksekutif CAIR di New York, mengecam tindakan tersebut, khususnya dalam konteks pemfitnahan dan ancaman terhadap mahasiswa Yahudi, Muslim, dan Palestina.
Nasher menyatakan bahwa beberapa individu yang tidak dikenal dan mengenakan topeng telah mengeluarkan komentar-komentar mencurigakan dan menghasut di luar kampus, yang mengakibatkan ketegangan di antara komunitas tersebut.
Para kritikus protes, termasuk beberapa anggota Kongres AS dari Partai Republik, telah menyatakan tuduhan terkait anti semitisme dan pelecehan oleh beberapa pengunjuk rasa. Sementara itu, kelompok pendukung hak-hak sipil seperti American Civil Liberties Union (ACLU) telah mengungkapkan keprihatinan terhadap penangkapan yang terjadi, khususnya terkait kebebasan berbicara.
Sebelumnya pada pekan lalu, lebih dari 100 pengunjuk rasa ditangkap setelah pihak berwenang Universitas Columbia memanggil polisi ke kampus swasta tersebut pada hari Kamis (18/4/2024). Aksi tersebut meningkatkan ketegangan dan memicu jumlah massa yang lebih besar pada akhir pekan.
Beberapa pengunjuk rasa dari kalangan mahasiswa yang berbicara dengan wartawan Reuters menghubungkan insiden di luar kampus dengan provokator yang mencoba memanfaatkan pesan protes.
Soph Askanase, seorang mahasiswa Yahudi di Columbia yang ditangkap dan diberi diskors karena berpartisipasi dalam protes, menyatakan,
"Tidak ada lagi universitas yang tersisa di Gaza. Jadi kami memilih untuk merebut kembali universitas kami untuk rakyat Palestina." Dia menambahkan bahwa pandangan antisemitisme, Islamofobia, dan rasisme, khususnya terhadap orang Arab dan Palestina, semuanya berasal dari sumber yang sama.
Seorang mahasiswa lain menyalahkan pihak universitas karena tidak melindungi hak mereka untuk berprotes atau membela hak asasi manusia. "Sebagai mahasiswa Palestina, saya juga tidak merasa aman selama enam bulan terakhir, dan itu adalah akibat langsung dari pernyataan sepihak dan kelambanan Columbia," kata Mahmoud Khalil, seorang mahasiswa Palestina di Columbia.
Pada hari Senin (22/4/2024), polisi New York juga melakukan penangkapan terhadap lebih dari 120 pengunjuk rasa di Universitas New York. Universitas Columbia juga membatalkan kelas tatap muka di kampusnya di Upper Manhattan pada hari yang sama sebagai upaya untuk meredakan ketegangan.
Cal Poly Humboldt di California, sebuah universitas negeri di Arcata, telah ditutup setelah sekelompok pengunjuk rasa pro-Palestina menduduki gedung kampus.
Di sisi lain, di kampus University of Minnesota di St Paul, polisi telah membubarkan sebuah perkemahan setelah pihak kampus meminta mereka untuk bertindak. Mereka menyatakan bahwa perkemahan tersebut melanggar kebijakan universitas dan masuk tanpa izin.
Sekitar 2.000 orang berkumpul di sebuah alun-alun Brooklyn dekat kediaman Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer. Schumer dikenal sebagai seorang pendukung Israel yang kuat dan seorang Yahudi yang memiliki posisi tertinggi di pemerintahan AS. Para pengunjuk rasa mengeluarkan seruan, seperti "Hentikan persenjataan Israel," "Hentikan pendanaan genosida," dan "Biarkan Gaza tetap hidup."
Sumber: Reuters/Penerjemah: Aria (mk)|Editor: Arifin BH